Harga Minyak Nanjak Saat Pasar Cemaskan Embargo Uni Eropa terhadap Rusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah atau crude oil hari ini mengalami kenaikan. Hal ini dipicu sentimen penurunan pasokan dan kekhawatiran pasar jelang kebijakan embargo Uni Eropa terhadap Rusia pada bulan Desember.
Data perdagangan hingga pukul 10:16 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November tumbuh 0,61% menjadi USD91,91 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November naik 0,46% sebesar USD85,15 per barel.
Kedua benchmark sebelumnya telah merosot lebih dari 1% pada pekan lalu di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dapat memperlambat pertumbuhan global.
Penurunan juga terjadi akibat pelemahan dolar yang mulai beranjak keluar dari level tertingginya. Dolar AS yang lebih lemah membuat komoditas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Demikiandiberitakan Reuters, Senin (19/9/2022).
Di China, pelonggaran pembatasan Covid-19 di Chengdu, kota barat daya berpenduduk lebih dari 21 juta orang, meredakan kekhawatiran atas permintaan konsumen energi nomor 2 dunia tersebut.
Ekspor bensin dan solar di China juga mengalami rebound, yang pada akhirnya mengurangi persediaan lokal mereka yang berlimpah.
Terlepas katalis krisis ekonomi dunia, sejumlah kabar di pasar regional ikut memberi pengaruh pada pasar minyak, seperti pernyataan Kuwait Petroleum Corporation (KPC) yang mengatakan ada tuntutan dari pelanggannya untuk menahan volume yang sama tanpa adanya perubahan.
Diketahui, negara-negara teluk saat ini memproduksi rata-rata lebih dari 2,8 juta barel per hari, yang sesuai dengan kuota organisasi negara pengekspor minyak atau OPEC.
Data perdagangan hingga pukul 10:16 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November tumbuh 0,61% menjadi USD91,91 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November naik 0,46% sebesar USD85,15 per barel.
Kedua benchmark sebelumnya telah merosot lebih dari 1% pada pekan lalu di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dapat memperlambat pertumbuhan global.
Penurunan juga terjadi akibat pelemahan dolar yang mulai beranjak keluar dari level tertingginya. Dolar AS yang lebih lemah membuat komoditas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Demikiandiberitakan Reuters, Senin (19/9/2022).
Di China, pelonggaran pembatasan Covid-19 di Chengdu, kota barat daya berpenduduk lebih dari 21 juta orang, meredakan kekhawatiran atas permintaan konsumen energi nomor 2 dunia tersebut.
Ekspor bensin dan solar di China juga mengalami rebound, yang pada akhirnya mengurangi persediaan lokal mereka yang berlimpah.
Terlepas katalis krisis ekonomi dunia, sejumlah kabar di pasar regional ikut memberi pengaruh pada pasar minyak, seperti pernyataan Kuwait Petroleum Corporation (KPC) yang mengatakan ada tuntutan dari pelanggannya untuk menahan volume yang sama tanpa adanya perubahan.
Diketahui, negara-negara teluk saat ini memproduksi rata-rata lebih dari 2,8 juta barel per hari, yang sesuai dengan kuota organisasi negara pengekspor minyak atau OPEC.