Cemas dengan Suku Bunga The Fed, Harga Minyak Dunia Memanas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami rebound pagi ini setelah sempat tertekan pada Rabu (21/9/2022), menjelang pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve ( The Fed ). Lonjakan Fed funds rate dikhawatirkan dapat membuat konsumsi melemah sekaligus mengancam permintaan bahan bakar.
Data perdagangan hingga pukul 10:25 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November tumbuh 0,25% menjadi USD90,86 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November naik 0,23% sebesar USD84,12 per barel.
Sejumlah analis menilai sentimen pasar minyak masih berasal dari ketakutan terhadap kebijakan pengetatan dari The Fed yang dikhawatirkan bakal membawa perlambatan ekonomi atau resesi.
"Sentimen di pasar tetap bearish karena kekhawatiran bahwa pengetatan moneter yang agresif di AS dan Eropa akan meningkatkan kemungkinan resesi dan penurunan permintaan bahan bakar," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd, dilansir Reuters, Rabu (21/9/2022).
Tazawa menilai harga minyak kemungkinan bisa kembali menguat setelah tertekan akibat merespons kebijakan Fed. Adapun sentimen yang bisa mendongkrak harga adalah ekspektasi pasokan yang ketat.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam upayanya untuk mengendalikan inflasi. Ekspektasi tersebut dikhawatirkan dapat membebani pasar ekuitas, yang beriringan dengan harga komoditas, termasuk minyak.
Sementara itu, stok minyak mentah dan bahan bakar AS naik sekitar 1 juta barel per 16 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa (20/9/2022). Adapun persediaan bensin naik sekitar 3,2 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 1,5 juta barel.
Data perdagangan hingga pukul 10:25 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November tumbuh 0,25% menjadi USD90,86 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November naik 0,23% sebesar USD84,12 per barel.
Sejumlah analis menilai sentimen pasar minyak masih berasal dari ketakutan terhadap kebijakan pengetatan dari The Fed yang dikhawatirkan bakal membawa perlambatan ekonomi atau resesi.
"Sentimen di pasar tetap bearish karena kekhawatiran bahwa pengetatan moneter yang agresif di AS dan Eropa akan meningkatkan kemungkinan resesi dan penurunan permintaan bahan bakar," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd, dilansir Reuters, Rabu (21/9/2022).
Tazawa menilai harga minyak kemungkinan bisa kembali menguat setelah tertekan akibat merespons kebijakan Fed. Adapun sentimen yang bisa mendongkrak harga adalah ekspektasi pasokan yang ketat.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam upayanya untuk mengendalikan inflasi. Ekspektasi tersebut dikhawatirkan dapat membebani pasar ekuitas, yang beriringan dengan harga komoditas, termasuk minyak.
Sementara itu, stok minyak mentah dan bahan bakar AS naik sekitar 1 juta barel per 16 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa (20/9/2022). Adapun persediaan bensin naik sekitar 3,2 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 1,5 juta barel.
(uka)