1.800 Tenaga Asing Asal China Siap Bekerja di Pabrik Bauksit

Jum'at, 03 Juli 2020 - 14:58 WIB
loading...
1.800 Tenaga Asing Asal China Siap Bekerja di Pabrik Bauksit
Menko Luhut B. Pandjaitan mengatakan, industri pengolahan biji bauksit di Batam akan mempekerjakan sekitar 20 ribu orang, dan sekitar 1.800 hingga 2.000 orang di antaranya adalah tenaga kerja asing. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pemerintah terus mempercepat rencana proyek pengolahan biji bauksit menjadi Alumina di Kabupaten Bintan, Kepri yang akan menyerap sekitar 20.000 pekerja. Hal ini sebagai upaya menambah pasokan material dalam membangun industri mobil listrik serta mengurangi impor bagi kebutuhan industri dalam negeri.

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan, industri itu akan mempekerjakan sekitar 20 ribu orang, dan sekitar 1.800 hingga 2.000 orang di antaranya adalah tenaga kerja asing sedangkan yang lainnya adalah pekerja Indonesia. Pekerja asing tersebut akan didatangkan dari China.

( )

Saat ini terang Luhut yang sudah mulai bekerja sebanyak 500 orang, dan jumlahnya masih akan berputar dan bertambah. Perusahaan tersebut, kata Luhut, tengah menyiapkan jaringan listrik dan alat produksi, sekitar 5.000 pekerja telah disiagakan, 1.800 orang TKA asal Cina tengah dipersiapkan untuk datang dari negaranya. Penyerapan sekitar 20.000 tenaga kerja akan berlangsung hingga akhir tahun 2020.

"Akan mempekerjakan sekitar 20.000 tenaga kerja dan kurang dari 10% dari jumlah itu adalah tenaga kerja asing," kata Menko Luhut, Jumat (3/7/2020).

Kata dia, industri alumina ini juga akan mengurangi impor kebutuhan cobalt yang selama ini diimpor dari Kongo. Adapun, industri yang saat ini menempati kawasan seluas 300 ha rencananya akan diperluas hingga 500 ha dengan investasi saat ini USD600 juta tapi nanti pada tahun 2027 bisa berkembang sampai USD2,5 miliar.

( )

“Selama ini kita tidak pernah tidak impor alumina. Dengan adanya industri ini kita menghentikan ekspor bauksit, mengurangi impor alumina. Karena kebutuhan alumina selama ini selalu ekspor. Inalum, contohnya, selama ini mereka impor dari Australia. Cost-nya akan jauh lebih murah dengan alumina kita. Jadi ini industri yang bisa melayani supply chain dalam negeri sampai global,” jelasnya.

Menurutnya, ini adalah proyek yang sangat strategis karena produk turunannya bisa diekspor ke Amerika, Tiongkok, Jepang, dan lain-lain.

“Industri ini mengolah bauksit menjadi alumina, kita bisa produksi turunannya yang bisa dijadikan untuk badan pesawat, kabel, kawat tembaga, tekstil, alat-alat elektronik dan lain lain. Turunan bauksit, seperti copper, nickel ore, bisa menjadi material untuk memproduksi mobil listrik. Smelternya di Weda Bay sehingga dekat dengan pabrik lithium baterai,” tandasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)