Usai Pandemi Terbitlah Resesi, Ini Langkah Pengusaha Mal Agar Bisnis Tak Mati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Baru saja bangkit dan mulai melangkah pasca dihantam pandemi, kini pengelola pusat belanja atau mal kembali harus bersiap menghadapi ancaman resesi ekonomi pada 2023.
Sebagai catatan, lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau IMF dan Bank Dunia telah memperingatkan bahwa risiko resesi global akan meningkat.
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memastikan ada sejumlah strategi yang disiapkan menyusul prakiraan terjadinya gejolak ekonomi global pada tahun depan. Langkah ini dilakukan agar industri ritel dan pusat perbelanjaan mampu bertahan saat krisis melanda.
Ketua APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan harus berinovasi dengan fokus utama pada pengunjung. Pasalnya, mal saat ini tak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli namun juga tempat berinteraksi antara pengunjung.
Untuk itu, pengelola mal harus mampu memberikan pengalaman yang menarik dan berkesan bagi para pengunjungnya.
“Mal fungsinya buying plus journey. Kalau nggak bisa melakukan ini, nggak bisa survive. Berikutnya, kalau mau jadi leading fungsi buying-nya jadi yang kedua. Ini the next level dari pusat perbelanjaan, journey-nya itu yang harus diberikan," ujarnya dalam seminar yang digelar APPBI, Kamis (13/10/2022).
Menurut dia, bila pusat perbelanjaan hanya fokus pada produk, maka akan kalah dengan platform belanja online dan e-commerce. Berkaca dari pengalaman, kata Alphonzus, pusat perbelanjaan yang fokus pada pembelian produk tidak mampu bertahan.
“Saat ini secara umum kalau bicara mal bukan lagi soal fungsi belanja atau tempat belanja dan tak identik lagi dengan buying dan belanja. Ini yang terjadi saat ini dan sudah terjadi sebelum Covid, tapi Covid mempertegas lagi,” tukasnya.
Sebagai catatan, lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau IMF dan Bank Dunia telah memperingatkan bahwa risiko resesi global akan meningkat.
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memastikan ada sejumlah strategi yang disiapkan menyusul prakiraan terjadinya gejolak ekonomi global pada tahun depan. Langkah ini dilakukan agar industri ritel dan pusat perbelanjaan mampu bertahan saat krisis melanda.
Ketua APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan harus berinovasi dengan fokus utama pada pengunjung. Pasalnya, mal saat ini tak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli namun juga tempat berinteraksi antara pengunjung.
Untuk itu, pengelola mal harus mampu memberikan pengalaman yang menarik dan berkesan bagi para pengunjungnya.
“Mal fungsinya buying plus journey. Kalau nggak bisa melakukan ini, nggak bisa survive. Berikutnya, kalau mau jadi leading fungsi buying-nya jadi yang kedua. Ini the next level dari pusat perbelanjaan, journey-nya itu yang harus diberikan," ujarnya dalam seminar yang digelar APPBI, Kamis (13/10/2022).
Menurut dia, bila pusat perbelanjaan hanya fokus pada produk, maka akan kalah dengan platform belanja online dan e-commerce. Berkaca dari pengalaman, kata Alphonzus, pusat perbelanjaan yang fokus pada pembelian produk tidak mampu bertahan.
“Saat ini secara umum kalau bicara mal bukan lagi soal fungsi belanja atau tempat belanja dan tak identik lagi dengan buying dan belanja. Ini yang terjadi saat ini dan sudah terjadi sebelum Covid, tapi Covid mempertegas lagi,” tukasnya.