The Fed Naikkan Suku Bunga AS ke Level Tertinggi dalam 14 Tahun
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve ( The Fed ) resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Ini merupakan keempat kalinya secara beruntun sebagai bagian dari tahapan memerangi lonjakan inflasi.
Dengan demikian, suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 3,75% sampai 4%, yang notabene level tertinggi sejak awal 2008, yang menandai kenaikan suku bunga keenam kalinya di tahun ini. Kebijakan baru ini membuat bunga hipotek, pinjaman konsumen, dan bisnis lainnya menjadi semakin mahal dan berpotensi meningkatkan risiko resesi.
Gubernur The Fed, Jerome Powell dalam sebuah pernyataan, mengatakan Fed kemungkinan dapat segera beralih dari tahapan kenaikan suku bunga menyusul data ekonomi yang menunjukkan adanya perbaikan. Dikatakan bahwa dalam beberapa bulan mendatang, para pembuat kebijakan akan mempertimbangkan dampak suku bunga yang lebih luas terhadap perekonomian.
"Kenaikan suku bunga membutuhkan waktu untuk sepenuhnya mempengaruhi pertumbuhan dan inflasi," kata Powell dalam konferensi pers setelah pengumuman kebijakan, dilansir Associated Press, Kamis (3/11/2022).
Powell sendiri tidak secara gamblang menyebut peluang kenaikan lagi pada pertemuan di bulan Desember. Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa bank sentral akan terus mengambil segala cara -termasuk mendongkrak suku bunga- dalam beberapa bulan mendatang.
Sebagaimana dilansir Reuters, sejumlah analis menilai pergeseran pernyataan The Fed ke arah yang lebih dovish dapat memberikan dampak positif bagi bursa saham. Sebelumnya, Powell pada pertemuan terakhir menegaskan bakal terus menaikkan suku bunga sampai inflasi mereda.
Ketika data terbaru menunjukkan kenaikan harga di Negeri Paman Sam mulai melandai, ditambah rebound ekonomi di kuartal ketiga sebesar 2,6%, tampaknya membuat Fed bergegas untuk sedikit mengerem kebijakan agresifnya.
"Pernyataan The Fed yang jauh pasti adalah sinyal kemungkinan penurunan suku bunga. Sepertinya komite telah mencapai konsensus bahwa mereka dapat menurunkannya pada awal Desember, tergantung pada bagaimana data berjalan." kata Ekonom LH Meyer, Derek Tang.
Sementara itu, ekonom di Goldman Sachs memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan mereka menjadi hampir 5% hingga bulan Maret tahun depan.
Tren suku bunga yang tinggi dapat memangkas belanja konsumen. Namun, gangguan rantai pasokan yang mulai mereda, hingga pertumbuhan upah dan pasar tenaga kerja yang cukup stabil dipandang dapat menjadi pijakan awal untuk mengurangi tekanan inflasi. Jika inflasi terus melandai, maka kemungkinan penurunan suku bunga akan terbuka lebar.
Dengan demikian, suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 3,75% sampai 4%, yang notabene level tertinggi sejak awal 2008, yang menandai kenaikan suku bunga keenam kalinya di tahun ini. Kebijakan baru ini membuat bunga hipotek, pinjaman konsumen, dan bisnis lainnya menjadi semakin mahal dan berpotensi meningkatkan risiko resesi.
Gubernur The Fed, Jerome Powell dalam sebuah pernyataan, mengatakan Fed kemungkinan dapat segera beralih dari tahapan kenaikan suku bunga menyusul data ekonomi yang menunjukkan adanya perbaikan. Dikatakan bahwa dalam beberapa bulan mendatang, para pembuat kebijakan akan mempertimbangkan dampak suku bunga yang lebih luas terhadap perekonomian.
"Kenaikan suku bunga membutuhkan waktu untuk sepenuhnya mempengaruhi pertumbuhan dan inflasi," kata Powell dalam konferensi pers setelah pengumuman kebijakan, dilansir Associated Press, Kamis (3/11/2022).
Powell sendiri tidak secara gamblang menyebut peluang kenaikan lagi pada pertemuan di bulan Desember. Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa bank sentral akan terus mengambil segala cara -termasuk mendongkrak suku bunga- dalam beberapa bulan mendatang.
Sebagaimana dilansir Reuters, sejumlah analis menilai pergeseran pernyataan The Fed ke arah yang lebih dovish dapat memberikan dampak positif bagi bursa saham. Sebelumnya, Powell pada pertemuan terakhir menegaskan bakal terus menaikkan suku bunga sampai inflasi mereda.
Ketika data terbaru menunjukkan kenaikan harga di Negeri Paman Sam mulai melandai, ditambah rebound ekonomi di kuartal ketiga sebesar 2,6%, tampaknya membuat Fed bergegas untuk sedikit mengerem kebijakan agresifnya.
"Pernyataan The Fed yang jauh pasti adalah sinyal kemungkinan penurunan suku bunga. Sepertinya komite telah mencapai konsensus bahwa mereka dapat menurunkannya pada awal Desember, tergantung pada bagaimana data berjalan." kata Ekonom LH Meyer, Derek Tang.
Sementara itu, ekonom di Goldman Sachs memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan mereka menjadi hampir 5% hingga bulan Maret tahun depan.
Tren suku bunga yang tinggi dapat memangkas belanja konsumen. Namun, gangguan rantai pasokan yang mulai mereda, hingga pertumbuhan upah dan pasar tenaga kerja yang cukup stabil dipandang dapat menjadi pijakan awal untuk mengurangi tekanan inflasi. Jika inflasi terus melandai, maka kemungkinan penurunan suku bunga akan terbuka lebar.
(akr)