Menanti Data Inflasi AS, Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah di Rp15.694
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan di pasar spot sore hari ini jelang pengumuman inflasi di AS.
Data perdagangan Bloomberg menunjukkan mata uang Garuda turun 0,23% di Rp15.694 per dolar AS. Adapun indeks dolar hingga pukul 15:46 WIB bergerak koreksi 0,09% di level 110,45 tetapi masih mencatatkan kenaikan sejak Rabu (9/11).
Pengamat mata uang dan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, terdapat sejumlah sentimen di tingkat domestik hingga mancanegara yang berdampak terhadap penurunan rupiah.
Dari luar negeri, pasar masih menantikan data inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis hari ini. Sejumlah survei sebelumnya memperkirakan ada penurunan inflasi menyusul kondisi makro negeri Paman Sam saat ini. Ekspektasi tersebut memunculkan peluang bahwa The Fed akan menurunkan laju kenaikan suku bunganya.
"Pasar memperkirakan peluang 65% bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih kecil yakni 50 basis poin pada bulan Desember, setelah ada dukungan dari sejumlah pejabat The Fed," kata Ibrahim dalam keterangan resminya, Kamis (10/11/2022).
Kendati demikian, pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada beberapa pekan lalu menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk membuka peluang penurunan suku bunga. Dirinya menegaskan bahwa ada peluang kenaikan hingga tahun depan.
Dari dalam negeri, Ibrahim memproyeksikan ada penurunan pertumbuhan ekonomi RI secara moderat pada kuartal IV/2022 pada kisaran 5,1%. Adapun faktor pemicunya adalah peningkatan inflasi di dalam negeri.
Menurut Ibrahim, peningkatan inflasi serta suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga akan berdampak terhadap kenaikan cicilan rumah, kendaraan, dan aneka pinjaman lainnya, sehingga akan mengurangi disposible income rumah tangga. Hal ini dikhawatirkan juga akan membebani rupiah di masa depan.
Labih lanjut untuk perdagangan besok, rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah pada kisaran Rp15.670-15.740 per dolar AS.
Data perdagangan Bloomberg menunjukkan mata uang Garuda turun 0,23% di Rp15.694 per dolar AS. Adapun indeks dolar hingga pukul 15:46 WIB bergerak koreksi 0,09% di level 110,45 tetapi masih mencatatkan kenaikan sejak Rabu (9/11).
Pengamat mata uang dan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, terdapat sejumlah sentimen di tingkat domestik hingga mancanegara yang berdampak terhadap penurunan rupiah.
Dari luar negeri, pasar masih menantikan data inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis hari ini. Sejumlah survei sebelumnya memperkirakan ada penurunan inflasi menyusul kondisi makro negeri Paman Sam saat ini. Ekspektasi tersebut memunculkan peluang bahwa The Fed akan menurunkan laju kenaikan suku bunganya.
"Pasar memperkirakan peluang 65% bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih kecil yakni 50 basis poin pada bulan Desember, setelah ada dukungan dari sejumlah pejabat The Fed," kata Ibrahim dalam keterangan resminya, Kamis (10/11/2022).
Kendati demikian, pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada beberapa pekan lalu menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk membuka peluang penurunan suku bunga. Dirinya menegaskan bahwa ada peluang kenaikan hingga tahun depan.
Dari dalam negeri, Ibrahim memproyeksikan ada penurunan pertumbuhan ekonomi RI secara moderat pada kuartal IV/2022 pada kisaran 5,1%. Adapun faktor pemicunya adalah peningkatan inflasi di dalam negeri.
Menurut Ibrahim, peningkatan inflasi serta suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga akan berdampak terhadap kenaikan cicilan rumah, kendaraan, dan aneka pinjaman lainnya, sehingga akan mengurangi disposible income rumah tangga. Hal ini dikhawatirkan juga akan membebani rupiah di masa depan.
Labih lanjut untuk perdagangan besok, rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah pada kisaran Rp15.670-15.740 per dolar AS.
(ind)