Harga Minyak Bergolak, Pasar Cermati Cadangan Rusia Jelang Pemberlakuan Sanksi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah atau crude oil pada pagi hari ini menguat. Faktor pendorongnya adalah sentimen data industri minyak Amerika Serikat (AS) yang pekan lalu menunjukkan adanya penurunan stok. Selain itu, pasar juga mencermati perkembangan terbaru terkait cadangan minyak Rusia terutama jelang pemberlakuan sanksi.
Data perdagangan Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 09:29 WIB mencatat harga minyak kontrak Januari 2023 tumbuh 0,11% di USD88,46 per barel.
Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari turun 0,21% sebesar USD81,12 per barel.
AS baru saja mengumumkan penurunan persediaan minyak mentah sekitar 4,8 juta barel pekan lalu per 18 November, sebagaimana tersaji dalam data dari American Petroleum Institute (API).
Namun, data API menunjukkan stok sulingan, yang meliputi minyak pemanas dan bahan bakar jet, naik sekitar 1,1 juta barel. Jumlah ini jauh melebihi ekspektasi analis yang sebelumnya memproyeksikan penurunan 600.000 barel.
Di sisi lain, pasar masih mengikuti perkembangan krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menyeret poros keuangan global, seperti negara-negara kelompok G7 dan Uni Eropa yang bakal menerapkan sanksi terhadap minyak Rusia pada awal Desember 2022.
Analis memandang ketidakpastian terkait respons Rusia dalam menanggapi sanksi tersebut akan menjadi perangsang harga minyak.
Meski kebijakan pembatasan harga minyak Rusia belum diumumkan, sanksi tetap akan berlaku mulai 5 Desember 2022, serta berpotensi akan disesuaikan beberapa tahap dalam setahun ke depan.
"Pedagang memantau dengan cermat nilai ekspor Rusia dan akan mencari tahu seberapa banyak mereka dapat memangkas penjualan luar negeri sebagai pembalasan ke Eropa," kata analis SPI Asset Management Stephen Innes, dilansir Reuters, Rabu (23/11/2022).
Data perdagangan Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 09:29 WIB mencatat harga minyak kontrak Januari 2023 tumbuh 0,11% di USD88,46 per barel.
Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari turun 0,21% sebesar USD81,12 per barel.
AS baru saja mengumumkan penurunan persediaan minyak mentah sekitar 4,8 juta barel pekan lalu per 18 November, sebagaimana tersaji dalam data dari American Petroleum Institute (API).
Namun, data API menunjukkan stok sulingan, yang meliputi minyak pemanas dan bahan bakar jet, naik sekitar 1,1 juta barel. Jumlah ini jauh melebihi ekspektasi analis yang sebelumnya memproyeksikan penurunan 600.000 barel.
Di sisi lain, pasar masih mengikuti perkembangan krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menyeret poros keuangan global, seperti negara-negara kelompok G7 dan Uni Eropa yang bakal menerapkan sanksi terhadap minyak Rusia pada awal Desember 2022.
Analis memandang ketidakpastian terkait respons Rusia dalam menanggapi sanksi tersebut akan menjadi perangsang harga minyak.
Meski kebijakan pembatasan harga minyak Rusia belum diumumkan, sanksi tetap akan berlaku mulai 5 Desember 2022, serta berpotensi akan disesuaikan beberapa tahap dalam setahun ke depan.
"Pedagang memantau dengan cermat nilai ekspor Rusia dan akan mencari tahu seberapa banyak mereka dapat memangkas penjualan luar negeri sebagai pembalasan ke Eropa," kata analis SPI Asset Management Stephen Innes, dilansir Reuters, Rabu (23/11/2022).