Konflik Bisnis Keluarga Bisa Hancurkan Usaha Puluhan Tahun
Jum'at, 17 Juli 2020 - 09:46 WIB
Namun generasi pebisnis di 90an mulai sudah paham bisnis bahkan khusus kuliah ke luar negeri. "Biasanya founder awalnya hanya enterpreneur yang modal nekat. Tapi model ini yang seringkali berhasil. Setelah usahanya semakin besar mungkin diatur, tapi pemilik mungkin tidak menyangka sizenya akan begitu," katanya. (Lihat videonya: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
Kebiasaan yang jamak adalah pada saat pendiri masih aktif, tidak ada pihak keluarga yang berani mengusik. Namun akan menjadi masalah bila tidak diformalkan dan diatur soal kepemilikan. Bila tidak diatur oleh pendiri lalu masanya berganti dan kekuasaan terdistribusi ke generasi anak lalu cucu. "Mereka masing-masing punya hak klaim. Pihak founder dan generasi kedua seharusnya bikin ketentuan pembagian warisannya," tegas Yuswo.
Hal lain yang diingatkannya adalah masalah soliditas keluarga yang juga penting. Belum lagi bila founder memiliki istri banyak lalu memiliki anak tiri. Bila soliditas lemah tentu lebih berisiko. Bila ada anggota keluarga yang menguasai administrasi bisnis biasanya akan bagus dan governance bisa lebih disiapkan. "Kalau foundernya banyak istri dan setiap istri juga punya banyak anak lalu cucu kemungkinan besar tidak akan solid. Tapi kuncinya inisiatif dari pendiri. Fenomena yang sama seperti warisan. Hal biasa bisa membuat jadi saling curiga," pungkasnya.
Jadi bagi Anda yang memiliki usaha bersama keluarga, ada baiknya saran dari para pengamat diatas dicamkan dan diimplementasikan. Jangan sampai berujung konflik dan menghancurkan usaha yang telah dirintis puluhan tahun. (Hafid Fuad/Rakhmat Baihaqi)
Kebiasaan yang jamak adalah pada saat pendiri masih aktif, tidak ada pihak keluarga yang berani mengusik. Namun akan menjadi masalah bila tidak diformalkan dan diatur soal kepemilikan. Bila tidak diatur oleh pendiri lalu masanya berganti dan kekuasaan terdistribusi ke generasi anak lalu cucu. "Mereka masing-masing punya hak klaim. Pihak founder dan generasi kedua seharusnya bikin ketentuan pembagian warisannya," tegas Yuswo.
Hal lain yang diingatkannya adalah masalah soliditas keluarga yang juga penting. Belum lagi bila founder memiliki istri banyak lalu memiliki anak tiri. Bila soliditas lemah tentu lebih berisiko. Bila ada anggota keluarga yang menguasai administrasi bisnis biasanya akan bagus dan governance bisa lebih disiapkan. "Kalau foundernya banyak istri dan setiap istri juga punya banyak anak lalu cucu kemungkinan besar tidak akan solid. Tapi kuncinya inisiatif dari pendiri. Fenomena yang sama seperti warisan. Hal biasa bisa membuat jadi saling curiga," pungkasnya.
Jadi bagi Anda yang memiliki usaha bersama keluarga, ada baiknya saran dari para pengamat diatas dicamkan dan diimplementasikan. Jangan sampai berujung konflik dan menghancurkan usaha yang telah dirintis puluhan tahun. (Hafid Fuad/Rakhmat Baihaqi)
(ysw)
tulis komentar anda