Ramai Influencer, Edukasi Pasar Modal Perlu Ditingkatkan
Selasa, 19 Januari 2021 - 06:07 WIB
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2021 terus menunjukkan tren penguatan. Instrumen investasi pasar modal ini menjadi salah satu pilihan investor karena dianggap cukup menguntungkan.
Pertumbuhan IHSG di awal tahun ini diharapkan berlanjut setelah pada 2020 lalu sempat turun sekitar 5,09% akibat pandemi Covid-19 . Kendati sempat terjun ke titik terendah di level 4.194 pada Maret lalu, IHSG kembali bangkit di akhir tahun lalu dan bertengger di angka 5.979.
(Baca juga: Polemik Raffi Ahmad, PUDI: Influencer dan Tokoh Bangsa Harus Beri Teladan )
Adapun di tahun ini, sejak awal Januari indeks pasar modal terus menguat dan hingga kemarin masih tumbuh positif di level 6.389. Kondisi ini tentu saja cukup menggembirakan di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional yang masih terdampak pandemi.
"Sampai akhir bulan ini diprediksi masih positif. Tapi mungkin di bulan Februari bisa jadi terkoreksi karena memilih aksi ambil untung, rebalancing portofolio, sehingga invstor memilih wait and see antara ekspektasi dan realitasnya," kata Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail Zaini kepada KORAN SINDO di Jakarta, kemarin.
(Baca juga: Awas! IHSG Sakit Saat Kasus Baru Covid-19 Terus Cetak Rekor )
Dia menambahkan, ada tiga faktor yang memicu tren positif tersebut. Pertama, faktor January effect. Kemudian, tingkat suku bunga yang rendah sehingga banyak orang mencari return lebih tinggi melalui pasar saham. Ketiga, faktor vaksinasi Covid-19 yang memunculkan ekspektasi pemulihan ekonomi bisa membaik di tahun ini.
Selain investasi di sektor ritel dan komoditas pertambangan, sektor lainnya yang menarik minat investor yaitu consumer goods seperti produsen makanan, rokok, dan lainnya.
"Apalagi sekarang ada lagi BLT (bantuan langsung tunai) dari pemerintah. Makanya saham di sektor consumer goods seperti makanan instan, rokok atau produk konsumsi lainnya yang berpeluang naik," prediksinya.
Pertumbuhan IHSG di awal tahun ini diharapkan berlanjut setelah pada 2020 lalu sempat turun sekitar 5,09% akibat pandemi Covid-19 . Kendati sempat terjun ke titik terendah di level 4.194 pada Maret lalu, IHSG kembali bangkit di akhir tahun lalu dan bertengger di angka 5.979.
(Baca juga: Polemik Raffi Ahmad, PUDI: Influencer dan Tokoh Bangsa Harus Beri Teladan )
Adapun di tahun ini, sejak awal Januari indeks pasar modal terus menguat dan hingga kemarin masih tumbuh positif di level 6.389. Kondisi ini tentu saja cukup menggembirakan di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional yang masih terdampak pandemi.
"Sampai akhir bulan ini diprediksi masih positif. Tapi mungkin di bulan Februari bisa jadi terkoreksi karena memilih aksi ambil untung, rebalancing portofolio, sehingga invstor memilih wait and see antara ekspektasi dan realitasnya," kata Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail Zaini kepada KORAN SINDO di Jakarta, kemarin.
(Baca juga: Awas! IHSG Sakit Saat Kasus Baru Covid-19 Terus Cetak Rekor )
Dia menambahkan, ada tiga faktor yang memicu tren positif tersebut. Pertama, faktor January effect. Kemudian, tingkat suku bunga yang rendah sehingga banyak orang mencari return lebih tinggi melalui pasar saham. Ketiga, faktor vaksinasi Covid-19 yang memunculkan ekspektasi pemulihan ekonomi bisa membaik di tahun ini.
Selain investasi di sektor ritel dan komoditas pertambangan, sektor lainnya yang menarik minat investor yaitu consumer goods seperti produsen makanan, rokok, dan lainnya.
"Apalagi sekarang ada lagi BLT (bantuan langsung tunai) dari pemerintah. Makanya saham di sektor consumer goods seperti makanan instan, rokok atau produk konsumsi lainnya yang berpeluang naik," prediksinya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda