Quantum Leap Pelindo Pascamerger, Siap Songsong Indonesia Emas
loading...
A
A
A
Siswanto menilai, yang menjadi tantangan ke depan bagi Pelindo adalah kompetisi di pasar internasional. Dia mencontohkan barang yang dikirimkan dari luar negeri, bill of loading-nya tidak menunjuk langsung pelabuhan Tanjung Priok, atau Tanjung Emas (Semarang), Belawan (Medan) maupun Tanjung Perak (Surabaya). Pemilik barang menggunakan bill of loading di Singapura, meski tujuan akhir barang adalah Indonesia. "Ini menjadi tantangan. Bahwa end destination petikemas itu di Indonesia. Kenapa tidak langsung ditujukan ke Indonesia? Ini yang harus segera ditaklukkan agar Pelindo semakin memiliki daya saing level global," tegasnya.
Untuk meyakinkan ekosistem logistik internasional, kata dia, Pelindo tak bisa sendirian. Alasannya, untuk membangun kepercayaan dunia internasional butuh peran pemerintah. "Jadi tanggung jawab semua stakeholder. Tak bisa hanya dibebankan ke Pelindo. Sekarang Pelindo sudah semakin baik, jika tidak diikuti dengan regulasi yang jelas, otomatis ada celah yang bisa menghambat hadirnya logistik yang efisien," cetusnya.
Dalam seminar "Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045" yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 14 September 2023 lalu, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, salah satu yang menjadi tantangan terciptanya ongkos logistik yang efisien alias murah karena adanya ketimpangan utilisasi pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia yang rata-rata kurang dari 50%.
Selain karena faktor ketimpangan muatan, karena usai menurunkan barang, kapal tak lagi memiliki muatan, juga karena sarana fasilitas di pelabuhan yang tidak merata serta standardisasi fasilitas pendukungnya. Saat ini, utilisasi pelabuhan Tanjung Priok mencapai 90%, Tanjung Mas 95%, Tanjung Perak 87%, dan Makassar sebagai wilayah Timur tertinggi hanya 60%. "Karenanya pembangunan harus merata. Sehingga barang bergerak dari Timur ke Barat, dan dari Barat ke Timur," kata Airlangga.
Menyikapi kegundahan pemerintah, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono pun memastikan Pelindo terus melakukan transformasi pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan memperpendek port stay dan cargo stay. Arif meyakini, transformasi yang dilakukan Pelindo mampu mendukung target pembangunan 2045 yakni mengintegrasikan ekonomi domestik dan konektivitas global sehingga biaya logistik bisa diturunkan menjadi 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Kini, jelas dia, Pelindo fokus melakukan transformasi pelayanan pelabuhan, efisiensi jaringan pelayaran dan melakukan integrasi pelabuhan dengan kawasan. Tiga langkah strategis itu diyakini akan meningkatkan konektivitas dan efisiensi jaringan pelayaran, mendukung penurunan biaya logistik, dan mendorong pertumbuhan layanan logistik terintegrasi untuk meningkatkan kontribusi bagi perekonomian Indonesia di era Indonesia Emas 2045 nanti.
Untuk meyakinkan ekosistem logistik internasional, kata dia, Pelindo tak bisa sendirian. Alasannya, untuk membangun kepercayaan dunia internasional butuh peran pemerintah. "Jadi tanggung jawab semua stakeholder. Tak bisa hanya dibebankan ke Pelindo. Sekarang Pelindo sudah semakin baik, jika tidak diikuti dengan regulasi yang jelas, otomatis ada celah yang bisa menghambat hadirnya logistik yang efisien," cetusnya.
Menyongsong Indonesia Emas
Sejatinya, lompatan besar yang dilakukan Pelindo dalam dua tahun terakhir, tak sekadar menghadirkan layanan yang semakin handal. Lebih dari itu, Pelindo berhasil menaklukkan beragam tantangan yang menghadang, tercermin dari kinerjanya yang moncer. Selama 2022, arus peti kemas mencapai 17,2 juta TEUS, naik 1% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Arus barang pada 2022 terealisasi 160 juta Ton, tumbuh 9% dari tahun sebelumnya. Sementara arus kapal yang dilayani Pelindo mencapai 1,2 miliar GT pada 2022, naik 1% dibandingkan 2021. Jumlah penumpang pun tumbuh 86% pada 2022 yang mencapai 15 juta orang. Merger Pelindo telah menciptakan sinergi antar-entitas dalam Pelindo Grup. Hal ini menyebabkan pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi dan lebih optimal.Dalam seminar "Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045" yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 14 September 2023 lalu, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, salah satu yang menjadi tantangan terciptanya ongkos logistik yang efisien alias murah karena adanya ketimpangan utilisasi pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia yang rata-rata kurang dari 50%.
Selain karena faktor ketimpangan muatan, karena usai menurunkan barang, kapal tak lagi memiliki muatan, juga karena sarana fasilitas di pelabuhan yang tidak merata serta standardisasi fasilitas pendukungnya. Saat ini, utilisasi pelabuhan Tanjung Priok mencapai 90%, Tanjung Mas 95%, Tanjung Perak 87%, dan Makassar sebagai wilayah Timur tertinggi hanya 60%. "Karenanya pembangunan harus merata. Sehingga barang bergerak dari Timur ke Barat, dan dari Barat ke Timur," kata Airlangga.
Menyikapi kegundahan pemerintah, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono pun memastikan Pelindo terus melakukan transformasi pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan memperpendek port stay dan cargo stay. Arif meyakini, transformasi yang dilakukan Pelindo mampu mendukung target pembangunan 2045 yakni mengintegrasikan ekonomi domestik dan konektivitas global sehingga biaya logistik bisa diturunkan menjadi 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Kini, jelas dia, Pelindo fokus melakukan transformasi pelayanan pelabuhan, efisiensi jaringan pelayaran dan melakukan integrasi pelabuhan dengan kawasan. Tiga langkah strategis itu diyakini akan meningkatkan konektivitas dan efisiensi jaringan pelayaran, mendukung penurunan biaya logistik, dan mendorong pertumbuhan layanan logistik terintegrasi untuk meningkatkan kontribusi bagi perekonomian Indonesia di era Indonesia Emas 2045 nanti.
(fjo)