Menakar Potensi Ekonomi dari Hutan Mangrove Bintuni

Rabu, 30 September 2020 - 11:33 WIB
loading...
A A A
Pengolahan kepiting udang dan ikan menjadi kerupuk atau kudapan, bisa menjadi salah satu solusi. Pemberdayaan masyarakat dalam industri yang dapat dikerjakan pada skala rumahan ini tentu menjadi salah satu nilai yang bisa ditambahkan dari bisnis ini.

Tersedianya sumber yang berkelimpahan adalah faktor yang dapat menjadikan kerupuk kepiting, udang dan ikan Teluk Bintuni dapat menjadi komoditas andalan.

“Untuk pemasaran dari produk ini, pasar nasional dan internasional akan kita sasar. Bahkan ada beberapa investor dari Jepang dan China yang sudah mulai melirik potensi ini. Hal ini akan saya maksimalkan komoditasnya. Mereka itu kan penggila kudapan sea food. Jadi pasar nantinya ada. Nah bagaimana saya dan Pak Matret (wakil bupati) akan mengakomodir potensi pasar ini dengan UMKM yang ada di Bintuni,” imbuh Petrus.

Geliat perekonomian daerah Teluk Bintuni bisa digairahkan melalui industri-industri rumahan ini, tentunya dengan jalur distribusi dan pemasaran yang diintervensi oleh pemerintah daerah, niscaya kerupuk kepiting, udang dan ikan Teluk Bintuni bisa menjadi produk yang diminati nasional dan internasional.

Dengan hadirnya industri-industri pengolahan makanan sebagaimana yang dimaksud, selain merambah pemberdayaan masyarakat untuk ikut aktif sebagai pengelola. Hal ini bisa menjadi nilai ekonomi yang mendukung Teluk Bintuni sebagai Kawasan Industri Khusus.

Industri yang menggeliat selain teknik industri, migas dan petrokimia, tentunya memberikan alternatif lebih kepada masyarakat Teluk Bintuni untuk berpartisipasi demi kemajuan daerahnya.

Menjamurnya produk makanan olahan yang tidak begitu banyak variasi dari daerah Indonesia timur, merupakan faktor pendukung industri ini bisa berpeluang menjadi potensi. Dengan kemajuan komunikasi, diharapkan produk olahan ini bisa menjadi raksasa processed food baru di Indonesia.

“Ya saya ingin nantinya Bintuni ini akan dikenal dunia juga dengan produk Bintuni fish cracker, Bintuni crab cracker maupun Bintuni shrimp cracker-nya. Itu bahasa kerennya. Bahasa kitanya itu kerupuk,” pungkas Petrus.
(akr)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1732 seconds (0.1#10.140)