Produksi Sawit Mulai Pulih, Pasar Domestiknya Bagaimana?

Rabu, 14 Oktober 2020 - 02:01 WIB
loading...
Produksi Sawit Mulai Pulih, Pasar Domestiknya Bagaimana?
Produksi minyak sawit nasional mulai beranjak naik meski masih di bawah produksi tahun lalu sebelum ada pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Produksi minyak sawit Indonesia menunjukkan pemulihan. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( Gapki ) mencatat produksi bulan Agustus 2020 telah mencapai 4,8 juta ton atau 2% lebih besar dari produksi bulan Agustus tahun 2019 yang sebesar 4,7 juta ton. Meski begitu, secara total produksi minyak sawit Indonesia sampai dengan Agustus 6,7% lebih rendah dari produksi 2019.

"Peningkatan produksi terjadi selain karena mengikuti siklus musim juga karena tanaman sudah menunjukkan kepulihan setelah pemupukan semester I/2020 kembali normal," ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis, Selasa (13/10/2020).

(Baca Juga: Gapki: Pasar Tradisional Mulai Pulih dan Memberi Harapan)

Sementara konsumsi minyak sawit dalam negeri untuk produk pangan dan oleokimia selama 2 bulan terakhir menunjukkan kenaikan. Dibandingkan dengan bulan Juli, konsumsi minyak sawit untuk pangan bulan Agustus naik sekitar 1,9% menjadi 654.000 ton, sedangkan konsumsi untuk oleokimia naik 2% menjadi 151.000 ton.

"Sebaliknya, konsumsi biodiesel turun 9,8% menjadi 576.000 ton sehingga secara secara total, konsumsi dalam negeri pada bulan Agustus adalah 3,3% lebih rendah dari konsumsi pada bulan Juli," jelasnya.

Mukti menuturkan, secara kumulatif sampai dengan Januari dan Februari (sebelum pandemi), konsumsi dalam negeri 2020 adalah 16% lebih tinggi dari 2019. Total konsumsi tersebut terus turun menjadi 3% sampai dengan Juni dan Juli serta menjadi 2,5% sampai dengan Agustus.

"Penurunan utama terjadi pada penggunaan untuk pangan yang secara year-on-year (YoY) Agustus 2020 turun 14,9% sedangkan untuk oleokimia dan biodiesel lebih tinggi berturut-turut dengan 45,3% dan 26,9%," ungkapnya.

Menurut dia, tren naik produksi yang bersamaan dengan tren kenaikan harga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa melalui ekspor produk sawit. Mengingat ekspor ke China sampai dengan Agustus (YoY) sebesar 37% lebih rendah dari tahun lalu dan China adalah negara yang sudah pulih dari Covid-19, sehingga ada peluang yang besar untuk mengejar ketertinggalan ekspor ke China dari tahun lalu.

"Kenaikan konsumsi untuk pangan dan oleokimia dua bulan terakhir memberikan harapan kepulihan konsumsi dalam negeri," tuturnya.

Di sisi lain, nilai ekspor produk minyak sawit pada bulan Agustus tercatat sebesar USD1,697 miliar yang lebih rendah dari nilai ekspor bulan Juli yang mencapai USD1,868 miliar. Nilai ekspor tersebut tercapai pada harga rata-rata bulan Agustus CPO USD703 per ton Cif Rott dan bulan Juli USD659 per ton. Secara volume, ekspor bulan Agustus adalah 2,68 juta ton yang lebih rendah dari pencapaian bulan Juli yaitu sebesar 3,13 juta ton.

(Baca Juga: Temui Presiden, Pimpinan DPD Bahas Aspirasi 21 Provinsi Penghasil Sawit)

"Penurunan volume ekspor ini diduga selain karena pengaruh Covid-19 yang belum mereda, juga karena kenaikan harga minyak sawit yang menyebabkan perbedaannya harga dengan minyak nabati lain, terutama minyak kedelai, menjadi lebih kecil sehingga sebagian pengguna beralih ke minyak lain atau importir menunggu perubahan harga," jelas Mukti.

Menurut tujuannya, ekspor ke India pada Agustus turun 200.000 ton (-36,4%), sedangkan ekspor China turun hanya 11.000 ton (-1,7%). Namun secara YoY ekspor ke India 2020 hampir 600.000 ton lebih tinggi dari 2019 sedangkan ke China hampir 2 juta ton lebih rendah. Penurunan ekspor yang besar lainnya adalah ke Timur tengah hampir 100.000ton (-36,13%) yang secara YoY turun 11%.

Menurut jenis produknya, ekspor ekspor CPO turun 46.000 ton, olahan CPO turun 142.000 ton, laurik turun 58.000 ton, sedangkan oleokimia masih naik dengan 5.000 ton. Secara YoY sampai dengan Agustus, total volume ekspor 2020 sekitar 11% lebih rendah dari 2019 dengan kontributor penurunan utama adalah ekspor produk olahan CPO (-16,1%).
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2029 seconds (0.1#10.140)