Enam Perubahan Besar pada 2021
loading...
A
A
A
Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami globalisasi di mana rantai pasok produksi tersebar di berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi, pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku, maupun kedekatan pasar akhir. (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
Namun, dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik. Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara mengalami bottleneck.
Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti: automotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia, hingga makanan/minuman.
#6. Accelerated Digitalization
Pasca pandemi berbagai industri akan membangun resiliensi dengan membangun ekosistem rantai pasok yang lebih terkonsentrasi di lingkup regional, bahkan nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.
Implikasinya, ketergantungan pasok bahan baku/suku cadang hanya di satu negara (China atau India) semakin dihindari.
Pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk bermigrasi ke ranah digital/online. Dengan munculnya stay @ home economy akibat pandemi, maka seluruh aktivitas konsumen kini dilakukan secara digital: berbelanja, bekerja, belajar, berobat, menikmati hiburan, bahkan beribadah. (Lihat videonya: HRS Ditetapkan Tersangka)
Ketika ekonomi fisikal mandek akibat pandemi, maka ekonomi digital menggantikannya sehingga geliat perekonomian masih berjalan.
Tak heran jika transformasi digital menjadi agenda terpenting bagi perusahaan untuk tetap bisa survive di tengah pandemi. Semboyannya: "Go digital or die!!!"
Namun, dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik. Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara mengalami bottleneck.
Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti: automotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia, hingga makanan/minuman.
#6. Accelerated Digitalization
Pasca pandemi berbagai industri akan membangun resiliensi dengan membangun ekosistem rantai pasok yang lebih terkonsentrasi di lingkup regional, bahkan nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.
Implikasinya, ketergantungan pasok bahan baku/suku cadang hanya di satu negara (China atau India) semakin dihindari.
Pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk bermigrasi ke ranah digital/online. Dengan munculnya stay @ home economy akibat pandemi, maka seluruh aktivitas konsumen kini dilakukan secara digital: berbelanja, bekerja, belajar, berobat, menikmati hiburan, bahkan beribadah. (Lihat videonya: HRS Ditetapkan Tersangka)
Ketika ekonomi fisikal mandek akibat pandemi, maka ekonomi digital menggantikannya sehingga geliat perekonomian masih berjalan.
Tak heran jika transformasi digital menjadi agenda terpenting bagi perusahaan untuk tetap bisa survive di tengah pandemi. Semboyannya: "Go digital or die!!!"
(ysw)