Pedagang Tak Ingin Harga Naik

Selasa, 23 Maret 2021 - 07:02 WIB
loading...
Pedagang Tak Ingin Harga Naik
Pedagang melayani pembeli. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA-Cincin Kuraesin, pemilik warung klontong di Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat bercerita hampir seluruh jenis sembako harganya sudah mulai naik jelang bulan Ramadan.

Contohnya gula pasir yang sebelumnya satu karung 50 kilogram (kg) hanya berkisar Rp530.000 hingga Rp540.000, kemudian naik menjadi Rp570.000 hingga Rp598.000. Minyak sayur curah per kaleng atau jerigen 17 kilogram sebelumnya Rp160.000 dan sekarang naik mencapai Rp220.000. Terigu merek biasa 25 kilogram sebelumnya Rp135.000, sekarang sudah naik menjadi Rp147.000.

Khusus minyak sayur curah, kata Cicin, sebenarnya harganya tiap hari merangkak naik di Pasar Cengkareng. "Sekarang jelang bulan Ramadan, hampir semua udah naik, mulai pada naik semua di Pasar Cengkareng," tuturnya.

Di warungnya, Cincin menjelaskan, sebelumnya harga gula pasir dijual eceran dengan harga Rp13.000/kg dan saat ini dijual hanya Rp14.000/kg. Minyak sayur curah dijual eceran Rp15.000/kg dari sebelumnya Rp12.000/kg. Terigu dijual eceran tetap sama yakni Rp7.000/kg meski meski modal yang dikeluarkan lebih besar.

Cicin mengungkap, dia tidak bisa asal menaikkan harga eceran di warungnya. Apalagi saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19 dan banyak warga yang ekonominya menipis.

"Ya kita jual sembako di warung ini adalah sedikit keuntungannya, cuman makin menipis. Kita saingan ama pasar-pasar juga gitu. Kalau pasar jual segitu, kita ikut harga pasar," bebernya.

Telur ayam lanjut Cicin juga mengalami kenaikan. Sebelumnya harga satu peti telur ayam dengan isi 15 kg sekitar Rp300.000 hingga Rp310.000. Kemudian dijual eceran sekitar Rp22.000 hingga Rp23.000/kg. Saat ini harga satu peti telur ayam dengan isi 15 kg sekitar Rp337.000. Berikutnya dijual eceran sekitar Rp24.000 hingga Rp25.000/kg. Di sisi lain, kata dia, harga telur sebenarnya hampir konsisten selalu merangkak naik.

Khusus beras menurut Cicin harganya fluktuatif. Kadang-kadang turun, kadang-kadang juga naik. Tapi saat ini harga beras di Pasar Cengkareng masih stabil dan masih terjangkau. Sebelumnya saat awal-awal pandemi Covid-19 dan penerapan PSBB digencarkan, beras merupakan jenis sembako yang jarang laku. Padahal saat itu harga beras dibeli Cicin dari Pasar Cengkareng cenderung mahal.

"Pokoknya saya pasarannya kalau saya jual beras yang biasanya satu minggu beras habis di warung, tiga hari habis, eh tiga bulan nggak habis-habis. Karena warga pada dapat bansos pas Covid lagi kencang-kencangnya," imbuhnya.

Cicin menambahkan, jelang Ramadan ini yang cukup membuat was-was adalah ketersediaan dan pasokan gas elpiji 3 kg (gas melon). Distribusi gas melon dari agen kian menipis ke warung-warung sembako dan kelontong. Sebelumnya satu warung bisa memperoleh 20 tabung gas. Tapi saat ini satu warung hanya bisa dapat paling banyak 10 tabung gas. Itupun ujar Cicin, satu warung dengan warung lainnya saling berebutan. Akibatnya harga gas melon ikut terkerek.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1056 seconds (0.1#10.140)