Pelaku Bisnis Sebut Hubungan AS dan China Masih Tegang Seperti Era Trump

Rabu, 09 Maret 2022 - 09:08 WIB
loading...
Pelaku Bisnis Sebut Hubungan AS dan China Masih Tegang Seperti Era Trump
Setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden terpilih pada akhir 2020, ada lonjakan optimisme di antara para pelaku bisnis terkait hubungan dengan China. Kini tingkat optimisme itu telah turun menjadi 27%. Foto/Dok
A A A
BEIJING - Pelaku bisnis Amerika di China pesimis hubungan antara kedua negara bakal membaik dari ketegangan yang muncul pada era pemerintahan Trump. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh asosiasi bisnis.

Setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden terpilih pada akhir 2020, ada lonjakan optimisme di antara para pelaku bisnis. Dimana 45% responden mengharapkan hubungan AS-China menjadi lebih baik, seperti yang terlihat dalam survei tahunan Kamar Dagang Amerika di China.



Tingkat optimisme itu telah turun menjadi 27% responden dalam survei terbaru, yang dilakukan pada musim gugur 2021 lalu. Hal itu sama seperti ketika Donald Trump menjadi presiden dan memberlakukan kebijakan yang lebih keras terhadap China.

Meningkatnya ketegangan AS-China telah berada di antara lima tantangan teratas untuk melakukan bisnis di China sejak 2019, kata survei tersebut.

"Ada tingkat harapan dan optimisme begitu Biden memasuki kantor, dimana ada keyakinan bahwa hubungan akan membaik," ucap Alan Beebe selaku Presiden AmCham China seperti dilansir CNBC.

"Tapi saya pikir apa yang telah kita lihat selama setahun terakhir adalah bahwa ada realitas baru yang telah terjadi. Di mana sebagian besar berbicara bahwa kebijakan dan sentimen pemerintahan Trump tetap ada di pemerintahan Biden," katanya.

Sejak Biden menjabat pada awal 2021, tarif era Trump tetap berlaku, sementara AS telah menambah lebih banyak perusahaan China ke daftar hitam yang mencegah mereka membeli dari pemasok Amerika.

Seperti diketahui Trump menerapkan sanksi dan tarif dalam upaya untuk menekan China untuk mengatasi keluhan lama terkait pencurian kekayaan intelektual, akses pasar yang tidak merata dan transfer paksa teknologi.

Sementara pemerintah pusat China telah mengumumkan banyak kebijakan untuk mengatasi masalah ini, ucap AmCham. Tahun terakhir penumpasan peraturan dan undang-undang baru tentang privasi data telah menambah tantangan bisnis Amerika untuk beroperasi di China dan berhati-hati pada investasi di masa depan, yang juga ditemukan dalam survei.

Tekanan Politik Meningkat

Bisnis AS di China semakin merasa kurang diterima dan menghadapi tekanan politik yang meningkat dari Beijing, Washington dan media di kedua negara, terungkap dalam survei tersebut.



Lebih dari 40% responden mengatakan, mereka menerima tekanan untuk membuat atau menghindari membuat pernyataan tentang isu-isu sensitif secara politik, terutama di kalangan bisnis konsumen, kata laporan itu.

Ketegangan geopolitik telah menjadi risiko bisnis di tingkat lokal bagi banyak perusahaan internasional. Brand asing seperti Nike dan H&M menghadapi reaksi di media sosial China tahun lalu atas komentar tentang laporan kerja paksa di Xinjiang di China barat.

Baru-baru ini, bisnis AS dan Eropa telah memutuskan hubungan dengan Rusia setelah perang Ukraina pecah, sementara perusahaan teknologi China yang melakukan bisnis di Rusia tetap diam. Terkait bisnis Amerika di China, masih terlalu dini untuk mengatakan apa dampaknya terhadap sanksi AS terhadap Rusia.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2202 seconds (0.1#10.140)