Gubernur Bank Sentral Ukraina Minta Sanksi ke Rusia Ditambah, Ini Daftarnya

Jum'at, 11 Maret 2022 - 11:29 WIB
loading...
A A A
"Kami sudah melihat efek (sanksi) pada sistem keuangan agresor, tetapi kami masih menunggu lebih banyak yang harus dilakukan. Saya ingin menggarisbawahi bahwa setiap hari sanksi yang tertunda telah mengorbankan nyawa warga sipil dan anak-anak," kata Shevchenko.

"Ini adalah kehidupan orang Ukraina yang telah memilih jalan seperti Eropa dan sekarang kami membela tidak hanya negara sendiri, tetapi juga seluruh sistem nilai-nilai yang terletak pada inti peradaban Barat," ungkapnya.

Embargo Minyak

Keputusan AS melakukan embargo minyak dan gas bumi (migas) Rusia belum diikuti oleh seluruh Eropa. Alasannya banyak negara-negara Barat masih bergulat dengan sulitnya melepas Rusia untuk mengamankan pasokan energi mereka.

Sementara itu uang tunai yang diterima Moskow dari ekspor minyak dan gas menjadi jalur kehidupan yang vital. Pemerintah Eropa telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa pasokan migas Rusia, setidaknya untuk saat ini.

"Hari ini kita dapat melihat bahwa Rusia menggunakan kapasitas sumber daya energinya untuk memberi tekanan ekonomi kepada Eropa. Energi juga merupakan salah satu narasi yang sering dipakai media Rusia. Mereka menggunakannya untuk memberi informasi yang salah kepada publik Rusia tentang keengganan Barat mengambil langkah-langkah lebih keras, karena takut kehilangan akses ke minyak dan gas Rusia," ungkap Shevchenko.



Lebih lanjut Shevchenko mengaku, menyadari betapa sulitnya keputusan melepas Rusia bagi mitra Barat-nya karena bisa mengorbankan pasokan energi. "Tapi kita harus bekerja sama untuk menemukan dan menggunakan semua alat yang mungkin untuk menghentikan pembunuhan dan penderitaan yang semakin meluas yang disebabkan Rusia di Ukraina," ajaknya.

Tantangan Menjaga Sistem Keuangan

Shevchenko juga menggambarkan beberapa tantangan untuk menjaga sistem keuangan Ukraina tetap berjalan selama perang. Ia mengatakan, stafnya bekerja tiada henti dan banyak yang berlindung di bunker bawah tanah untuk menghindar dari pemboman.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1766 seconds (0.1#10.140)