Waspadai Efek Domino Naiknya Harga Minyak Dunia

Kamis, 31 Maret 2022 - 07:18 WIB
loading...
A A A
(Baca juga:Pemerintah Diminta Transparan Dalam Penyesuaian Harga BBM)

Politikus PKB ini menilai saat ini menjadi momentum tepat bagi pemerintah agar benar-benar serius menyiapkan energi baru terbarukan. Meskipun investasi untuk sektor ini mahal namun dalam jangka panjang, energi baru terbarukan bisa menjadi penyelamat untuk memenuhi kebutuhan energi di tanah air.

“Indonesia mempunyai sangat besar dalam bidang energi baru terbarukan. Ada energi surya, geothermal, air, hingga angin. Semua potensi energi ini bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi kita di masa depan,” katanya.

Sementara itu Chairperson Indonesian Petroleum Association Ali Nasir mengungkapkan jika migas masih akan mendominasi bauran energi Indonesia bahkan dunia hingga 30-50 tahun ke depan. Fenomena ini harus ditindaklanjuti dengan meningkatkan iklim investasi di hulu migas.

“Satu-satunya cara mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor migas adalah meningkatkan produksi dalam negeri. Maka harus diciptakan iklim kondusif bagi investasi hulu migas sehingga bisa menarik minat investor,” ujarnya.

Ali Nasir mengatakan ada tiga pilar investasi yang harus dipenuhi agar tercipta iklim kondusif bagi investasi di hulu migas. Tiga pilar tersebut adalah adanya ketersediaan sumber-sumber migas, adanya fiscal terms yang mendukung investasi dalam bentuk keringanan pajak, maupun kepastian hukum atau legal stability.

“Pilar pertama adalah sesuatu yang given, sedangkan pilar kedua dan ketiga tergantung kita karena itu adalah domain kita apakah mau menginisiasi adanya kemudahan fiskal maupun menciptakan kepastian hukum dalam mendukung investasi di hulu migas,” katanya.

(Baca juga:Harga Minyak Dunia Naik Terus, Harga Keekonomian Pertamax Kini Rp16.000 per Liter)

Chairman Komunitas Migas Indonesia Herry Putranto mengungkapkan jika Indonesia tidak memiliki Energy Buffer Reserves. Namun hanya memiliki cadangan operasional Pertamina yang hanya bertahan 15-20 hari saja. “Situasi ini membuat posisi Indonesia cukup riskan. Sebab jika benar-benar terjadi gejolak minyak dunia, maka sumber energi di Indonesia akan sangat terbatas,” katanya.

Sementara M Kholid Syeirazi mendorong agar adanya revisi UU Minyak dan Gas di Indonesia. Revisi ini akan sangat berdampak pada upaya terciptanya kondusifitas iklim investasi di hulu migas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2317 seconds (0.1#10.140)