New Normal, Kebutuhan Alat Olah Raga Baru Meningkat

Sabtu, 27 Juni 2020 - 12:09 WIB
loading...
New Normal, Kebutuhan Alat Olah Raga Baru Meningkat
Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - New Normal membuat masyarakat banyak melakukan gaya hidup sehat seiring dengan kesadaran untuk menjaga tubuh. Hal ini bisa dilihat dari booming-nya pembelian perlengkapan olahraga.

Sebut saja beberapa olahraga yang banyak digemari seperti lari, bersepeda, badminton, gym, dan fitnes yang turut meningkatkan geliat bisnis peralatan olahraga pada masa pandemi.

Tingginya pembelian item olahraga seperti sepeda, sepatu, dan beberapa perlengkapan lainnya pada masa transisi ini juga didukung oleh beberapa faktor. Pertama, wabah korona semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berolahraga guna meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam hal ini olahraga di luar rumah (outdoor) menjadi pilihan menarik untuk menghilangkan kejenuhan selama beberapa bulan beraktivitas di rumah saja. (Baca: Pemprov DKI Bakal Pertahankan CFD di Masa Transisi PSBB)

Kedua, animo untuk berolahraga di luar seperti bersepeda dan lari (jogging) juga dipicu dari banyaknya konten berisi aktivitas berolahraga di luar yang dibagikan oleh komunitas dan penggiat hobi olahraga di media sosial.

Fenomena ini juga dialami sejumlah perusahaan ritel peralatan olahraga seperti MAP Aktif Adiperkasa (anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk). Ritel ini membawahi berbagai merek peralatan olahraga seperti Sport Stasion, Skechers, Royal Sporting House, Planet Sport, Kidz Station, Golf House, hingga sejumlah konsep toko dengan merek global.

Corporate Secretary PT MAP Aktif Adiperkasa (MAPA) Ratih Gianda mengatakan, sebelum diberlakukan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga PSBB transisi ini, pangsa pasar sepatu lari berada di urutan kedua, yakni mencapai 50% dari total penjualan.

“Angka tersebut masih bisa terus bertambah seiring dibukanya sarana fasilitas olahraga dan pusat perbelanjaan,” jelasnya.

Berkat booming gaya hidup berolahraga itu, MAPA mendapatkan pendapatan bersih dari jaringan ritelnya hampir 15%, yakni Rp1,5 triliun. “Sebelum masa PSBB penjualan masih stabil, dan sampai masa transisi ini angkanya bisa bertambah lagi,” kata Ratih.

Peningkatan ini sebenarnya sudah terlihat sejak dua tahun terakhir. MAPA mencatat pertumbuhan 12% pada 2018 dan meningkat menjadi 23% pada 2019. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh makin berkembangnya kegemaran olahraga di masyarakat.

“Sebelum masa pandemi, produk yang paling banyak dicari konsumen kami sepatu dari Skechers karena memiliki desain untuk running juga untuk walking. Selain itu, ada banyak brand juga seperti Converse, New Balance, Reebok, Adidas, Nike, dan lainnya,” sebutnya.

Tidak hanya sepatu lari yang mengalami peningkatan penjualan saat masa pandemi. Kebutuhan akan sepeda juga ikut mengalami kenaikan. ?Hal itu terlihat dari larisnya penjualan sepeda di sejumlah toko.

Gejala ini pun dirasakan sejumlah produsen sepeda lokal di dalam negeri, Head of Marcomm Polygon Bikes Indonesia Yunike Maris berujar, pihaknya sudah mulai merasakan kenaikan permintaan sepeda sejak pertengahan April 2020. (Baca juga: Mau Tahu New Normal ala Real Madrid, Ini Jawabannya)

Meski demikian, lonjakannya memang baru naik drastis setelah pemerintah mulai melakukan pelonggaran PSBB. Dugaan Yunike, hal ini disebabkan oleh rasa bosan yang didapat sebagian masyarakat akibat berkurangnya aktivitas di luar rumah. Terlebih, penerapan New Normal juga menciptakan kebutuhan baru akan moda transportasi yang aman digunakan.

Menurut Yunike, kenaikan permintaan sepeda tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga di kota kecil. “Dari beberapa laporan dealer ada yang melonjak 200%, ada yang 100%, ada yang 50%, jadi sangat bervariasi,” jelasnya.

Maka itu, toko-toko sepeda pun kembali didatangi pembeli seperti saat bersepeda menjadi tren beberapa tahun lalu. Menurut Fikri Laganan, owner Formula Bike, semakin banyak orang yang berbelanja sepeda di toko miliknya di kawasan Karamat Jati, Jakarta Timur. “Iya betul, penjualan sepeda lagi naik pesat akhir-akhir ini,” katanya.

Fikri menambahkan, peningkatan pembelian sepeda mencapai hampir 100% dibandingkan masa sebelum pandemi. “Bukan hanya membeli sepeda, tapi juga ada beberapa konsumen datang untuk kebutuhan servis sepeda yang sudah mereka simpan. Kami sampai kewalahan karena orang yang membeli sepeda juga terus bertambah karena virus korona,” ujarnya.

Rata-rata konsumen yang berbelanja sepeda di toko Fikri memilih jenis sepeda gunung dan sepeda lipat. “Sepeda lipat dan sepeda gunung paling banyak dicari. Untuk harganya, berkisar dari Rp3 sampai Rp6 juta,” tuturnya. (Baca juga: Lebih dari 20 Juta Warga AS Diduga Terinfeksi Virus Corona)

Sebelum membeli sepeda, Fikri menyebut agar masyarakat mempertimbangkan jenis dan ukuran sepeda yang sesuai kebutuhan. “Perhatikan juga handlebar dan seat position. Semua itu wajib disesuaikan sama si pemakai sepeda,” jelasnya.

Kenaikan trafik penjualan sepeda tidak hanya terjadi di toko luar jaringan (offline), Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono mengungkapkan, ada kenaikan penjualan sepeda dan aksesoris sepeda di Bukalapak. Pada Maret hingga Juni, tim kami mencatat ada peningkatan transaksi pada penjualan sepeda hingga 15%.

Khusus untuk pencariannya, sepeda gunung dengan merek Polygon sebesar 80%, lalu produk sepeda lipat dengan merek Exotic, Pacific, dan United sebesar 60%, serta juga item aksesoris sepeda seperti kacamata, helm sepeda MTB, dan tempat minum 20%

“Aksesoris sepeda juga paling banyak dicari seperti kacamata, helm, dan tempat minum. Jumlahnya sekitar 15 sampai 20%,”tambahnya.

?Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo memprediksi, wabah korona bisa menjadi momentum kenaikan pasar peralatan olahraga seperti sepeda setelah sebelumnya sempat menurun pada tiga tahun belakangan. (Lihat videonya: Resepsi Pernikahan ala Drive Thru, Alternatif di Tengah Pandemi)

“Saat ini bisa dikatakan sebagai tahun bangkitnya kembali industri sepeda. Masa pandemi ini penjualan sepeda sangat signifikan dibandingkan penjualan normal,” ungkap Eko.

Penjualan produk sepeda selama pandemi Covid-19 sudah melewati siklus tertinggi seperti saat waktu di musim Lebaran atau liburan sekolah. “Biasanya peningkatan itu 2—2,5 kali. Nah, kalau sekarang ini sudah 3—4 kali lipat penjualan. Luar biasa tinggi atensi masyarakat dan yang tidak kami duga ternyata masih ada buying power untuk bisa membeli sepeda,” jelas Eko.

Sepeda lipat dan sepeda gunung atau MTB jadi jenis produk yang paling laris manis dari segi penjualan. “Sepeda lipat masih mendominasi pasaran sepeda secara umum dengan porsi 60%-70 %,” tambahnya. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3822 seconds (0.1#10.140)