Rusia Pertimbangkan Pangkas Produksi Minyak untuk Melawan Sanksi Barat yang Batasi Harga

Sabtu, 10 Desember 2022 - 08:40 WIB
loading...
Rusia Pertimbangkan Pangkas Produksi Minyak untuk Melawan Sanksi Barat yang Batasi Harga
Vladimir Putin memperingatkan, sanksi Barat yang membatasi harga minyak Rusia bisa menyebabkan runtuhnya industri itu sendiri, dan terjadinya lonjakan harga yang dahsyat. Foto/Dok
A A A
BISHKEK - Rusia sebagai pengekspor energi terbesar di dunia berpeluang memangkas produksi minyak, usai Barat menerapkan pembatasan harga minyak . Seperti diketahui sebelumnya negara-negara kaya yang tergabung dalam G7 sepakat membatasi harga minyak Rusia dan mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS) hingga Uni Eropa (UE).

Presiden Vladimir Putin pada hari Jumat (9/12) kemarin juga mengatakan, Rusia akan menolak untuk menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan batas harga Barat kepada minyak Rusia.



G7 bersama dengan Uni Eropa dan Australia pekan lalu menyepakati batas harga USD60 per barel pada minyak mentah laut Rusia setelah anggota Uni Eropa mengatasi perlawanan dari Polandia.

"Mengenai reaksi kami, saya telah mengatakan bahwa kami tidak akan menjual kepada negara-negara yang membuat keputusan seperti itu," kata Putin kepada wartawan dalam konferensi pers di ibu kota Kirgistan, Bishkek.

"Kami akan berpikir soal kemungkinan jika diperlukan ... pengurangan produksi," sambung Putin seperti dilansir Reuters.



Putin, yang memimpin eksportir minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi dan pengekspor gas terbesar, mengatakan, Rusia memiliki perjanjian produksi dengan produsen lain yang tergabung dalam OPEC+, sehingga langkah drastis seperti itu diyakini masih hanya kemungkinan.

"Kami sedang memikirkan hal ini, belum ada solusi. Dan langkah-langkah konkret akan diuraikan dalam dekrit yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan," kata Putin.

Menjual minyak dan gas ke Eropa telah menjadi salah satu sumber utama pendapatan mata uang asing Rusia sejak ahli geologi Soviet menemukan minyak dan gas di rawa-rawa Siberia dalam beberapa dekade usai Perang Dunia Kedua.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1168 seconds (0.1#10.140)