YLKI Tolak GeNose Jadi Syarat Perjalanan, Kembalikan ke Standar Baku
Kamis, 24 Juni 2021 - 10:53 WIB
Pernyataan serupa juga disampaikan Direktur Utama PT Joy Indo Medika, Ni Kadek Asmiari. Bukan hanya lebih akurat, ketersediaan alat swab test antigen saat juga dinilai mencukupi, tidak seperti pada awal pandemi di mana alat test antigen langka dan mahal.
Menurut produsen alat tes antigen Cov-test itu, test usap antigen dan PCR merupakan alat uji yang direkomendasikan WHO. Hasilnya lebih akurat dibandingkan alat tes lainnya.
(Baca juga:Gegara Kasus Covid Meledak Lagi, Stop Pakai Genose Menggema di Twitter)
Kendati demikian tetap ada risiko ketidakakuratan. Menurut pengusaha asal Bali ini ada dua faktor penyebab ketidakakuratan hasil swab test yakni faktor manusia dan kualitas alat.
Faktor manusia yaitu terkait cara petugas medis melakukan tempat pengambilan spesimen lendir hidung. “Pengambilan spesimen lendir hidung itu ada caranya. Tidak asal colok saja,” ujar Ni Kadek Asmiari.
(Baca juga:Kunjungi UGM, La Nyalla Dukung GeNose C19 Dapat Pengakuan Menkes)
Hal itu terjadi, lanjutnya, juga disebabkan sikap pasien yang tidak paham. “Pasien kadang protes kalau ada rasa sakit. Karena tidak tahan dicolok sampai dalam. Akibatnya, pengambilan sampel tidak akurat,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat tidak perlu takut. Alat pengambil swab atau dakron produk Cov-test lembut, sehingga nyaman saat digunakan.
Faktor kedua karena alat. Kadek menjelaskan, ketidakakuratan hasil swab test bisa disebabkan oleh kualitas alat yang tidak sesuai standar. Alat antigen bisa rusak jika tidak disimpan dalam suhu yang dianjurkan yaitu 4-30 derajat Celcius, swab kit yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak sesuai, tidak menyerap spesimen, keras, dan tidak steril, atau diproduksi dan dikemas dengan tidak steril/higienis.
(Baca juga:63 Stasiun KAI di Jawa dan Sumatera Sediakan Tes GeNose Seharga Rp30 Ribu)
Menurut produsen alat tes antigen Cov-test itu, test usap antigen dan PCR merupakan alat uji yang direkomendasikan WHO. Hasilnya lebih akurat dibandingkan alat tes lainnya.
(Baca juga:Gegara Kasus Covid Meledak Lagi, Stop Pakai Genose Menggema di Twitter)
Kendati demikian tetap ada risiko ketidakakuratan. Menurut pengusaha asal Bali ini ada dua faktor penyebab ketidakakuratan hasil swab test yakni faktor manusia dan kualitas alat.
Faktor manusia yaitu terkait cara petugas medis melakukan tempat pengambilan spesimen lendir hidung. “Pengambilan spesimen lendir hidung itu ada caranya. Tidak asal colok saja,” ujar Ni Kadek Asmiari.
(Baca juga:Kunjungi UGM, La Nyalla Dukung GeNose C19 Dapat Pengakuan Menkes)
Hal itu terjadi, lanjutnya, juga disebabkan sikap pasien yang tidak paham. “Pasien kadang protes kalau ada rasa sakit. Karena tidak tahan dicolok sampai dalam. Akibatnya, pengambilan sampel tidak akurat,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat tidak perlu takut. Alat pengambil swab atau dakron produk Cov-test lembut, sehingga nyaman saat digunakan.
Faktor kedua karena alat. Kadek menjelaskan, ketidakakuratan hasil swab test bisa disebabkan oleh kualitas alat yang tidak sesuai standar. Alat antigen bisa rusak jika tidak disimpan dalam suhu yang dianjurkan yaitu 4-30 derajat Celcius, swab kit yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak sesuai, tidak menyerap spesimen, keras, dan tidak steril, atau diproduksi dan dikemas dengan tidak steril/higienis.
(Baca juga:63 Stasiun KAI di Jawa dan Sumatera Sediakan Tes GeNose Seharga Rp30 Ribu)
tulis komentar anda