Krisis Energi di Mana-mana, Waspada Dampak Buruk ke RI
Senin, 18 Oktober 2021 - 07:17 WIB
JAKARTA - Sejumlah negara dihantam krisis energi akibat melonjaknya harga gas, minyak dan batu bara. Hal itu membuat khawatir karena bisa berdampak pada meningkatnya inflasi di dalam negeri.
"Efek krisis energi di Eropa, India dan China akan menyeret ekonomi Indonesia dalam masalah inflasi yang serius. Kenaikan harga komoditas energi di pasar internasional diperkirakan berdampak terhadap naiknya biaya produksi didalam negeri," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (17/10/2021).
Dia mencontohkan produksi pupuk, apabila bahan bakarnya naik maka dampaknya kenaikan harga pupuk di tingkat petani. Apabila bahan baku gas bumi mengalami tekanan biaya produksi berisiko meningkatkan harga pupuk di level petani. "Jika harga pupuk naik, tidak bisa dihindari harga pangan akan disesuaikan dan pada akhirnya konsumen yang menanggung mahalnya harga energi," sambung Bhima.
Hal tersebut menurut Bhima sama halnya dengan sensitivitas naiknya harga minyak mentah terhadap biaya transportasi didalam negeri. Apalagi saat ini Indonesia masih menjadi importir minyak.
"Setiap kenaikan harga minyak mentah yang terlalu cepat akan memperbesar kemungkinan naiknya inflasi administered price atau inflasi karena harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM, tarif listrik dan LPG," lanjutnya.
Bhima memproyeksikan inflasi tahun depan mencapai 4,5% yang disebabkan oleh krisis energi. "Inflasi yang terlalu tinggi akan menimbulkan kontraksi pada pemulihan daya beli kelas menengah kebawah," kata Bhima.
"Efek krisis energi di Eropa, India dan China akan menyeret ekonomi Indonesia dalam masalah inflasi yang serius. Kenaikan harga komoditas energi di pasar internasional diperkirakan berdampak terhadap naiknya biaya produksi didalam negeri," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (17/10/2021).
Dia mencontohkan produksi pupuk, apabila bahan bakarnya naik maka dampaknya kenaikan harga pupuk di tingkat petani. Apabila bahan baku gas bumi mengalami tekanan biaya produksi berisiko meningkatkan harga pupuk di level petani. "Jika harga pupuk naik, tidak bisa dihindari harga pangan akan disesuaikan dan pada akhirnya konsumen yang menanggung mahalnya harga energi," sambung Bhima.
Hal tersebut menurut Bhima sama halnya dengan sensitivitas naiknya harga minyak mentah terhadap biaya transportasi didalam negeri. Apalagi saat ini Indonesia masih menjadi importir minyak.
"Setiap kenaikan harga minyak mentah yang terlalu cepat akan memperbesar kemungkinan naiknya inflasi administered price atau inflasi karena harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM, tarif listrik dan LPG," lanjutnya.
Bhima memproyeksikan inflasi tahun depan mencapai 4,5% yang disebabkan oleh krisis energi. "Inflasi yang terlalu tinggi akan menimbulkan kontraksi pada pemulihan daya beli kelas menengah kebawah," kata Bhima.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda