Wawancara Dirut Bank Jago, Kharim Indra Gupta Siregar: Mengakar dalam Ekosistem dan Tumbuh Bersama

Rabu, 14 Desember 2022 - 16:40 WIB
Direktur Utama Bank Jago, Kharim Indra Gupta Siregar
JAKARTA - Setelah memetik hasil positif selama 2022, Bank Jago semakin tak ingin berhenti untuk menghadirkan solusi keuangan digital bagi para nasabahnya. Seiring dengan banyaknya orang yang sadar dengan teknologi, layanan digital perbankan di Indonesia terus menunjukkan potensi yang sangat menjanjikan di masa depan. Terlebih dengan berbagai kemudahan transaksi keuangan yang diberikan.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar mengaku optimistis sektor digital perbankan akan terus bertumbuh. Disrupsi teknologi hingga perilaku masyarakat yang pindah ke digital memberi peluang besar bagi hadirnya bank digital.

Sejak meluncur pada 2019, Jago menyebut dirinya sebagai tech-based bank berbasis ekosistem yang berupaya memberikan solusi keuangan dengan berfokus pada kehidupan (life centric financial solution).

“Yang membedakan kami dengan bank digital lain adalah fokus pada life centricity. Digitalisasi memampukan layanan perbankan menjadi life centric, terkait dengan kehidupan sehari-hari. Inilah aspirasi kami membuat bagaimana layanan banking itu menjadi sangat mudah,” tutur Kharim dalam bincang santai dengan KORAN SINDO di kantornya, Menara BTPN, beberapa hari lalu.

(Baca juga:Bank Jago dan Tokopedia Perkuat Kolaborasi)



Meski begitu, perjalanan ke depan belum tentu mulus. Selain persaingan merangkul nasabah, ada juga munculnya isu resesi ekonomi global yang berpotensi terjadi pada tahun depan dan bisa mendatangkan efek negatif ke emiten teknologi, termasuk bank digital. Bagaimana siasat Bank Jago menghadapi tantangan tersebut? Berikut ini petikan wawancara khususnya.

Sebagai pelopor bank digital, seperti apa perkembangan Bank Jago saat ini?

Secara keseluruhan, baik dari liability, jumlah total pinjaman, jumlah nasabah, jumlah partner kita sangat baik. Total partner sudah 32 lebih. Hingga kuartal III, jumlah nasabah 4,2 juta. Punya lending Rp8,2 triliun dan total aset mencapai Rp15 triliun. Funding lebih dari Rp7 triliun. Dan kami sudah meraih laba bersih (profit). Pertumbuhan bisnis secara year on year (yoy) juga sangat bagus. Tapi tentunya angka ini harus dilihat dari perspektif yang benar. Karena kami bank kecil, jadi pertumbuhannya secara persentase sangat bagus.

Saat ini mulai banyak tumbuh bank digital. Apa yang menjadi pembeda Bank Jago dengan lainnya?

Saat ini ada ratusan bank di Indonesia. Masing-masing bank itu memiliki kesamaan, perbedaan dan juga keunggulan. Saya melihat ke depannya, karena memang perilaku masyarakat pindah ke digital, khususnya di segmen consumer, maka peluang untuk bank digital juga makin terbuka lebar. Kami di Bank Jago memilih untuk melayani segmen UMKM, consumer, dan mikro dengan mengoptimalkan teknologi.

Sejak awal membangun bank ini, kami punya strategi yang jelas yakni bekerja sama dengan ekosistem digital. Kami ingin mengakar dalam ekosistem dan tumbuh berkembang bersama mereka. Untuk itu, kami sangat menyadari tentang prinsip economy sharing. Kami tidak bisa maju sendirian. Kami harus melakukan kolaborasi strategis dan terus menjalin sinergi yang mendalam dengan para pemilik ekosistem.

Perilaku masyarakat ke digital memang suatu perubahan yang tidak bisa dihindari. Apalagi, pandemi Covid-19 telah mempercepat transformasi digital. Karena kami memulai pra pandemi, cukup siap dengan pergeseran digital saat terjadi pandemi maupun setelah pandemi berlalu.

(Baca juga:Ketika Pendiri Bank Jago 'Berkokok' Soal Bank Digital)

Yang membedakan dengan bank digital lain adalah fokus pada life centricity. Kami menciptakan fitur yang relevan dengan kebutuhan nasabah. Dan setiap kali menciptakan inovasi baru, selalu berangkat dari pertanyaan: apa manfaatnya untuk pengguna.

Perbedaan lainnya pada penerapan manajemen risiko. Intinya, kami ingin mencapai pertumbuhan yang berkualitas tapi di saat yang sama tetap berani dalam melakukan terobosan baru. Prinsip ini penting karena tanpa keberanian kita tidak pernah mencoba hal hal baru. Keberanian dengan penuh perhitungan menjadi prinsip, nilai-nilai yang kami pegang bersama.

Seperti apa hasil dari perubahan yang dilakukan?

Sekarang (layanan perbankan) mudahnya sudah luar biasa. Mulai dari buka akun, bertransaksi, itu semua disesuaikan dengan perilaku sehari-hari. Misalnya, kami kerjasama dengan GoTo. Jadi, payment-nya itu bisa langsung diambil dari pocket-nya Jago. Dari dulu bank juga melakukan partnership, tapi kan terkendala pada fisik. Biasanya kalau dulu itu harus isi form, tapi konsep ini kami terapkan secara digital. Di GoPay, Anda sekarang bisa buka account Bank Jago tanpa harus men-download dulu aplikasi Bank Jago. Itu sekarang sangat mudah, transparan, cepat, sehingga Jago pocket itu bisa langsung dipakai sebagai sumber dana untuk bayar transaksi.

Inovasi lainnya adalah integrasi Kantong Jago dengan aplikasi digital lain. Dengan Gopay misalnya, nasabah tidak perlu repot top up. Mereka cukup menghubungkan akun Gopay dengan rekening Jago, lalu bisa transaksi tanpa memikirkan saldo Gopay.

Para merchant Gofood juga bisa mendapatkan kemudahan apabila menggunakan Jago sebagai rekening transaksi. Misalkan mitra gofood melakukan penjualan, uangnya baru bisa dia terima H+2 setelah transaksi. Dengan rekening Jago, dia bisa langsung mencairkan hasil penjualan di hari yang sama transaksi.

Begitu juga integrasi Kantong Jago dengan rekening Bibit.ID. Para nasabah Bibit bisa beli reksadana tanpa perlu top up saldo. Bahkan, mereka bisa melakukan pembelian rutin reksadana di setiap tanggal yang ditentukan dengan fitur auto debet. Kemudahan ini hanya bisa didapat apabila nasabah Bibit mengoneksi akun Bibit ke rekening Jago.

Kami sudah melakukan banyak hal dan menciptakan pengalaman baru dalam menikmati produk dan layanan bank. Semua inovasi ini berkat terwujud karena adopsi teknologi dan keberanian dalam mencoba hal hal baru.

Bagaimana cara Bank Jago membangun ekosistem digitalnya?

Untuk bank membangun ekosistem digital itu akan sangat susah. Semua ekosistem, apakah itu e-commerce, ride hiling, food, travel, untuk bisa menyelesaikan transaksi butuh solusi finansial. Itulah alasan bank perlu hadir di ekosistem digital.

(Baca juga:Gojek Kempit Saham Bank Jago Sebesar 22 Persen)

Bank menyediakan solusi finansial karena itu memang keahliannya. Sedangkan pemilik platform digital adalah pihak yang paling memahami behaviour pelanggannya. Mereka yang membangun ekosistemnya karena memang itulah expertise-nya. Pada titik inilah kita berkolaborasi dan bersinergi. Sinergitas dibangun di atas kesadaran bahwa masing masing pihak memiliki keunggulan dan keahliannya sendiri.

Di sinilah kami lihat pentingnya digital capability, makanya bisa ketemu. Kalau kita ingin diterima bertransaksi dan hadir dalam ekosistem tersebut, teknologi kita harus nyambung dengan teknologi yang mereka punya.

Bagaimana jika dibandingkan perkembangan bank digital di negara lain?

Di Singapura contohnya. Di acara Singapore Fintech Festival (SFF), di hall utama itu menampilkan bank yang sudah established player. Sementara, di bagian paling ujung masih berupa ide yang sudah mulai dilaksanakan. Pada 2019, mereka yang masih berupa ide ini sudah mulai masuk ke bagian tengah hall. Mereka (Singapura) sendiri sudah tahu bahwa masyarakat akan pindah ke digital. Makanya, mereka kasih lisensi untuk dua tipe bank. Kita di Indonesia enggak bisa bilang izin digital bank. Izinnya tetap bank umum, tetapi kita melayani secara digital.

Bank Jago menggunakan solusi core banking system yang berjalan di cloud. Pada 2019, untuk mencari solusi itu, kami berupaya setengah mati. Tapi sekarang, itu sudah mulai masuk ke pemain besar. Adopsi teknologi cloud kini menjadi hal yang biasa.

Teknologi adalah teknologi, jadi sejak awal kita harus tentukan teknologi mana yang mau digunakan dan kita terapkan secara konsisten. Tapi, teknologi hanyalah enabler. Yang paling penting dari itu adalah orang orangnya, para penggunanya.

Di Bank Jago, kami ingin membangun teknologi yang membawa kami kepada dua hal, yaitu memberikan kemudahan kepada nasabah dan di saat yang sama menjadi competitive advantage perusahaan. Dua hal ini yang mendorong kami bikin sendiri. Ini kekuatan kami. Kalau kami beli, enggak ada bedanya dengan yang lain. Makanya, apa yang kami lihat sebagai ide sendiri, itu kami bangun sendiri.

Apa sebenarnya yang membedakan bank digital dengan bank konvensional?

Membandingkan bank digital dengan bank konvensional itu kurang tepat. Bank is a bank dengan tiga fungsi dasarnya; yakni tempat menyimpan uang (menabung), memindahkan uang (transfer/pembayaran) dan meminjamkan uang (kredit).

Lagipula, hampir semua bank juga telah meng-upgrade teknologinya. Jadi, semua bank akan menjadi bank digital pada waktunya.

Yang membedakan itu adalah bagaimana (how to) kita menjalankan banknya. Sejak awal, kami sudah menegaskan Jago adalah bank teknologi (tech-based bank) yang tertanam dalam ekosistem. Kami bisa tertanam dalam ekosistem GoTo, Bibit.ID, dan ekosistem lainnya. Integrasi ini bisa terwujud karena digital capability yang kami miliki dan keberanian kami dalam mencoba hal hal baru yang belum ada sebelumnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More