Daftar 30 Negara dengan Utang China Terbesar, Indonesia Urutan Berapa?
loading...
A
A
A
Infrastruktur transportasi dan logistik juga ditingkatkan untuk memfasilitasi perdagangan. Namun biaya besar dibutuhkan seiring dengan pembangunan yang masif, dan akhirnya selama dua dekade terakhir, Uzbekistan telah kejebak utang yang totalnya mencapai USD18 miliar.
Bersama dengan Zambia, Sri Lanka juga gagal membayar pinjamannya dari China, mencapai puncaknya pada musim semi 2022 di mana mereka bahkan tidak dapat melakukan pembayaran bunga atas utang tersebut.
Sejak saat itu, Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk yang pernah ada, dimana ada ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan mereka, inflasi merajalela (bahkan mencapai 50%), dan sebagian besar penduduk jatuh ke dalam kemiskinan.
Kenaikan pajak memicu protes ekstensif di semua sektor, mulai dari dokter dan profesor universitas hingga pekerja pelabuhan dan ekstraksi minyak bumi.
Sementara itu IMF setuju untuk memberikan dana talangan kepada Sri Lanka pada awal tahun ini, tidak jelas apakah negara ini bakal memenuhi syarat untuk putaran pembayaran berikutnya. Seperti beberapa negara lainnya, negara Asia Selatan itu mengandalkan China sebagai pemberi pinjaman darurat, dengan syarat lebih mudah tetapi punya suku bunga yang lebih tinggi.
Hal itu tampaknya terjadi pada investasi China di Bangladesh. Ketika persepsi publik China membaik, Negeri berjuluk Tirai Bambu meningkatkan komitmen keuangan tahunannya kepada negara dari USD994 juta pada awal program menjadi hampir USD3,5 miliar di awal dekade ini.
Uang yang mengalir ke Bangladesh memiliki dampak yang menguntungkan, mulai dari membantu mengurangi kemiskinan hingga mengembangkan infrastruktur utama, seperti pembangkit listrik dan jembatan. Pada periode yang hampir sama, China menyalip India sebagai mitra dagang terbesar Bangladesh.
Dalam hal pendanaan dan pembangunan infrastruktur, para pejabat Ethiopia lebih memilih bekerja sama dengan China daripada mengandalkan sumber dukungan lain, seperti Bank Dunia. Meski mengakui bahwa utang China lebih mahal, namun mereka menyukai kecepatan dan kemudahan bekerja sama dengan Beijing.
Perusahaan-perusahaan China mendapatkan kontrak untuk proyek multi-fase, termasuk Pusat Konvensi dan Pameran Internasional Addis-Afrika (AAICEC). Konstruksi AAICEC dimulai pada tahun 2017 dan sedang berlangsung.
Namun, Ethiopia terpaksa mencari keringanan utang dari China dan kreditur lainnya. Seperti negara-negara lain dalam daftar yang berjuang untuk membayar kembali utang mereka ke China, cadangan uang tunai luar negeri Ethiopia, yang digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan bakar dan makanan, terpantau sangat rendah.
Investigasi Bank Dunia terhadap utang dari China mengungkap, ada ratusan pinjaman yang dirahasiakan. Ketika negara-negara mengambil keuntungan dari pembiayaan BRI untuk mengembangkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan, mereka dengan cepat menjadi sangat berutang, mengakibatkan kekhawatiran bahwa lembaga pemeringkat kredit melihat lonjakan utang sebagai masalah.
Sebagai solusinya, China menciptakan perusahaan cangkang untuk banyak proyek infrastruktur besar di tempat-tempat seperti Laos. Hal ini memungkinkan peminjam untuk mengumpulkan private utang, bahkan jika didukung oleh pemerintah.
Hasil investigasi menunjukkan utang China yang tersembunyi atau tidak dilaporkan mencapai USD385 miliar di 88 negara, banyak di antaranya berada dalam kesulitan untuk membayar. Laos contohnya, sistem kereta api dibiayai oleh pinjaman USD3,5 miliar yang menurut para peneliti akan membutuhkan sekitar 25% dari output tahunan negara itu untuk melunasinya.
17. Sri Lanka: total utang USD19,5 miliar
Bersama dengan Zambia, Sri Lanka juga gagal membayar pinjamannya dari China, mencapai puncaknya pada musim semi 2022 di mana mereka bahkan tidak dapat melakukan pembayaran bunga atas utang tersebut.
Sejak saat itu, Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk yang pernah ada, dimana ada ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan mereka, inflasi merajalela (bahkan mencapai 50%), dan sebagian besar penduduk jatuh ke dalam kemiskinan.
Kenaikan pajak memicu protes ekstensif di semua sektor, mulai dari dokter dan profesor universitas hingga pekerja pelabuhan dan ekstraksi minyak bumi.
Sementara itu IMF setuju untuk memberikan dana talangan kepada Sri Lanka pada awal tahun ini, tidak jelas apakah negara ini bakal memenuhi syarat untuk putaran pembayaran berikutnya. Seperti beberapa negara lainnya, negara Asia Selatan itu mengandalkan China sebagai pemberi pinjaman darurat, dengan syarat lebih mudah tetapi punya suku bunga yang lebih tinggi.
16. Bangladesh: keseluruhan utang dari China USD20 miliar
Belt and Road Initiative (BRI) mencakup lebih dari sekadar perdagangan dan infrastruktur: BRI juga dimaksudkan untuk membuat negara berkembang disayangi China dan "(menyiarkan) pesan positif tentang kegiatan luar negerinya", mengutip dari AidData.Hal itu tampaknya terjadi pada investasi China di Bangladesh. Ketika persepsi publik China membaik, Negeri berjuluk Tirai Bambu meningkatkan komitmen keuangan tahunannya kepada negara dari USD994 juta pada awal program menjadi hampir USD3,5 miliar di awal dekade ini.
Uang yang mengalir ke Bangladesh memiliki dampak yang menguntungkan, mulai dari membantu mengurangi kemiskinan hingga mengembangkan infrastruktur utama, seperti pembangkit listrik dan jembatan. Pada periode yang hampir sama, China menyalip India sebagai mitra dagang terbesar Bangladesh.
15. Ethiopia: total utang USD20,4 miliar
Dalam hal pendanaan dan pembangunan infrastruktur, para pejabat Ethiopia lebih memilih bekerja sama dengan China daripada mengandalkan sumber dukungan lain, seperti Bank Dunia. Meski mengakui bahwa utang China lebih mahal, namun mereka menyukai kecepatan dan kemudahan bekerja sama dengan Beijing.
Perusahaan-perusahaan China mendapatkan kontrak untuk proyek multi-fase, termasuk Pusat Konvensi dan Pameran Internasional Addis-Afrika (AAICEC). Konstruksi AAICEC dimulai pada tahun 2017 dan sedang berlangsung.
Namun, Ethiopia terpaksa mencari keringanan utang dari China dan kreditur lainnya. Seperti negara-negara lain dalam daftar yang berjuang untuk membayar kembali utang mereka ke China, cadangan uang tunai luar negeri Ethiopia, yang digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan bakar dan makanan, terpantau sangat rendah.
14. Laos: terjerat utang China USD20,6 miliar
Investigasi Bank Dunia terhadap utang dari China mengungkap, ada ratusan pinjaman yang dirahasiakan. Ketika negara-negara mengambil keuntungan dari pembiayaan BRI untuk mengembangkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan, mereka dengan cepat menjadi sangat berutang, mengakibatkan kekhawatiran bahwa lembaga pemeringkat kredit melihat lonjakan utang sebagai masalah.
Sebagai solusinya, China menciptakan perusahaan cangkang untuk banyak proyek infrastruktur besar di tempat-tempat seperti Laos. Hal ini memungkinkan peminjam untuk mengumpulkan private utang, bahkan jika didukung oleh pemerintah.
Hasil investigasi menunjukkan utang China yang tersembunyi atau tidak dilaporkan mencapai USD385 miliar di 88 negara, banyak di antaranya berada dalam kesulitan untuk membayar. Laos contohnya, sistem kereta api dibiayai oleh pinjaman USD3,5 miliar yang menurut para peneliti akan membutuhkan sekitar 25% dari output tahunan negara itu untuk melunasinya.