Neraca Dagang Surplus, Kepercayaan Dunia Usaha Meningkat

Rabu, 16 Desember 2020 - 09:39 WIB
loading...
Neraca Dagang Surplus,...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Kepercayaan pelaku usaha akan meningkat menyusul terjadinya surplus neraca perdagangan selama tujuh bulan secara beruntun. Surplus yang cukup besar tahun ini mendorong perbaikan neraca transaksi berjalan (current account) yang selama ini menjadi titik lemah fundamental ekonomi Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada November 2020 mengalami surplus sebesar USD2,62 miliar. Angka ini berasal dari selisih nilai ekspor Indonesia USD15,28 miliar dan impor USD12,66 miliar. (Baca: Ketika Musibah Datang sebagai Peringatan)

Ini merupakan surplus tujuh kali neraca dagang Indonesia pada tahun ini. Prestasi ini memperpanjang rentetan surplus setelah pada Oktober sudah mencatatkan enam kali.

“Jadi, surplus neraca dagang Indonesia ini disumbang oleh angka ekspor yang cukup tinggi. Di mana nilai ekspor November 2020 menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini,” kata Kepala BPS Suhariyanto, dalam paparan secara virtual, kemarin.

Dia juga menjelaskan, angka ini tercatat naik 6,3% dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 9,5% dari tahun sebelumnya. Bahkan, jika ditarik ke belakang, ekspor ini tertinggi sejak Oktober 2018 yang saat itu tercatat sebesar USD15,91 miliar.

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada November 2020 sebesar USD12,66 miliar. Apabila dibandingkan dengan Oktober 2020, impor terjadi peningkatan 17,4%. “Hal ini disumbang oleh kenaikan impor nonmigas dan migas,” ungkap dia. (Baca juga: 2 Olahraga Mudah untuk Turunkan Berat Badan dengan Cepat)

Suhariyanto mengungkapkan ekspor Indonesia pada November 2020 ditopang oleh beberapa sektor komoditas utama hingga nilainya tembus USD15,28 miliar. Beberapa sektor komoditas utama yang menopang di antaranya hasil pertanian, hasil hutan bukan kayu, pengolahan, perkebunan, hingga tambang. Ekspor migas tercatat meningkat 24,26% (mtm), pertanian 6,33% (mtm), dan tambang meningkat 33,33% (yoy).

“Jadi, penyumbang surplus terbesar minyak dan lemak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta besi baja,” ujar Suhariyanto.

Dia juga menjelaskan, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati mencapai USD449,4 juta, bahan bakar mineral sebesar USD268,5 juta, dan besi dan baja sebesar USD210,8 juta.

Kemudian, lanjut dia, secara pangsa ekspor, Amerika Serikat, China, dan Jepang masih menjadi tujuan ekspor terbesar dari Indonesia. Posisi neraca perdagangan Indonesia juga masih mencatat surplus terhadap AS sebesar USD948,7 juta, India sebesar USD603,8 juta, dan Filipina sebesar USD523 juta. “Namun, Indonesia masih mengalami defisit terhadap China sebesar USD527,6 juta,” ungkap dia. (Baca juga: Masker Wajah Mirip Power Ranger Cegah Infeksi Covid-19)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1546 seconds (0.1#10.140)