Mengejar Travel Bubble

Rabu, 27 Januari 2021 - 06:10 WIB
loading...
A A A
Kemenparekraf mendorong para pelaku pariwisata menerapkan cleanliness, health, safety, dan environment sustainability (CHSE). Kemenparekraf akan memberikan sertifikat bagi pelaku usaha yang telah menjalankan CHSE.

Ari menuturkan tujuan penerapan CHSE ini agar para pelaku dan daerah wisata mendapatkan kepercayaan dari publik. Apalagi setelah pandemi Covid-19, tren wisata diprediksi akan berubah. Para pelancong baik mancanegara maupun domestik akan berhati-hati dalam melakukan perjalanan.

“Tujuannya, kita melihat lebih ke alam terbuka karena memang sirkulasi udaranya lebih baik dan menghindari kerumunan. Kalau tempat kecil lebih memungkinkan kerumunan. Kalau di alam terbuka itu bisa lebih luas. Sirkulasi udaranya bagus. Wisatawan akan mengedepankan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan,” paparnya.

(Baca juga: Menparekraf Sebut Big Data Bagian dari Pariwisata Indonesia )

Membangkitkan wisata memang menjadi salah satu tantangan terberat. Hal ini karena sektor tersebut salah satu paling terdampak pandemi. Berdasar proyeksi Kemenparekraf, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2020 anlok 74,7 persen. Penurunan ini terjadi akibat banyaknya pembatasan perjalanan yang ditetapkan negara-negara di dunia akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan data dari Kemenparekraf, jumlah kunjungan wisman tahun 2020 adalah sekitar 4 juta orang. Walaupun jumlah tersebut memenuhi target 2,8–4 juta kunjungan wisman, namun jumlah tersebut kontras dibanding jumlah kunjungan tahun 2019, yakni 16,10 juta kunjungan.Padahal, target wisatawan asing pada 2020 adalah 18 juta orang.

Anjloknya kunjungan wisman secara otomatis berdampak pada devisa tahun 2020, yakni hanya senilai 3,54 milyar dolar AS. Adapun target dari Kemenparekraf sejumlah 3,3– 4,9 miliar dolar AS. Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari pencapaian tahun 2019, yakni devisa senilai 16,9 milyar dolar Amerika.

Dukungan Dunia Usaha
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mendukung gagasan travel bubble yang digaungkan pemerintah untuk menggenjot pariwisata di masa pandemi Covid-19. “Ini sangat kita harapkan untuk destinasi tertentu karena tidak semua destinasi yang ada di Indonesia itu bisa hidup hanya dengan wisatawan domestik. Misalnya di Bali, Bintan,” kata Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran.

Dia menuturkan kehadiran wisatawan asing sangat diharapkan sejumlah daerah yang selama ini menjadi destinasi seperti Bali. Selama pandemi, okupansi hotel di Bali hanya 25-30 %. Kondisi ini terjadi karena 60% penginapan atau hotel di daerah tersebut berasal dari wisatawan asing.

“Intinya, kalau kita hanya sekadar gerakkan domestik ke Bali, okupansi hotel di sana paling tinggi hanya 25-30 persen. Tidak mungkin akan mencapai lebih dari itu karena jumlah hotel atau suplai kamar yang ada dengan beragam kelasnya, mayoritas yang menghuni adalah wisman,” terang dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1523 seconds (0.1#10.140)