Pemerintah Tolong Pancing Orang Kaya Belanja Produk Mahal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Ekonom BCA David Sumual mendesak pemerintah untuk memancing belanja masyarakat golongan menengah ke atas. Golongan mampu ini harus didorong belanja barang lebih mahal yang masuk kategori durable goods atau produk yang tahan lama.
Hal ini penting mengingat saat ini konsumsi masyarakat masih didominasi oleh belanja kebutuhan sehari-hari. Belanja bahan pokok dan primer ini relatif kecil dan tidak cukup kuat mengangkat pertumbuhan ekonomi nasional.
( )
"Harus ada sektor prioritas untuk memancing belanja barang menengah atas. Misalnya untuk kebutuhan telekomunikasi, pendidikan, dan kesehatan. Karena akan ada dampak multiplier effect yang bisa muncul dibandingkan belanja kebutuhan pokok," ujar David dalam siaran live Market Review di IDX Channel di Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Dia menilai, saat ini tantangan perekonomian nasional adalah mobilitas masyarakat yang masih tertahan kebijakan PPKM. Walaupun tidak seketat PSBB di awal pandemi tahun lalu, tapi ini tetap menahan minat belanja masyarakat. Sedangkan konsumsi masyarakat masih mendominasi di atas 50% menggerakkan mesin perekonomian Indonesia.
"Jadi ekonomi nasional di kuartal pertama 2021 masih akan negatif. Karena dalam kondisi normal sebelumnya di kuartal pertama memang rendah. Kemungkinannya di kuartal kedua dan selanjutnya baru akan positif," katanya.
( )
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2020 tercatat -2,19% (yoy) atau -2,07% secara full year 2020.
Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira memandang kinerja ekonomi di akhir 2020 menunjukkan kegagalan pemerintah dalam mengendalikan pandemi sehingga masyarakat masih menahan untuk berbelanja. Kelompok pengeluaran menengah dan atas berperan hingga 83% dari total konsumsi nasional.
"Untuk memulihkan permintaan kelompok ini kuncinya adalah penanganan pandemi. Hal ini yang tidak dijalankan dengan baik oleh pemerintah," sebutnya.
Hal ini penting mengingat saat ini konsumsi masyarakat masih didominasi oleh belanja kebutuhan sehari-hari. Belanja bahan pokok dan primer ini relatif kecil dan tidak cukup kuat mengangkat pertumbuhan ekonomi nasional.
( )
"Harus ada sektor prioritas untuk memancing belanja barang menengah atas. Misalnya untuk kebutuhan telekomunikasi, pendidikan, dan kesehatan. Karena akan ada dampak multiplier effect yang bisa muncul dibandingkan belanja kebutuhan pokok," ujar David dalam siaran live Market Review di IDX Channel di Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Dia menilai, saat ini tantangan perekonomian nasional adalah mobilitas masyarakat yang masih tertahan kebijakan PPKM. Walaupun tidak seketat PSBB di awal pandemi tahun lalu, tapi ini tetap menahan minat belanja masyarakat. Sedangkan konsumsi masyarakat masih mendominasi di atas 50% menggerakkan mesin perekonomian Indonesia.
"Jadi ekonomi nasional di kuartal pertama 2021 masih akan negatif. Karena dalam kondisi normal sebelumnya di kuartal pertama memang rendah. Kemungkinannya di kuartal kedua dan selanjutnya baru akan positif," katanya.
( )
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2020 tercatat -2,19% (yoy) atau -2,07% secara full year 2020.
Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira memandang kinerja ekonomi di akhir 2020 menunjukkan kegagalan pemerintah dalam mengendalikan pandemi sehingga masyarakat masih menahan untuk berbelanja. Kelompok pengeluaran menengah dan atas berperan hingga 83% dari total konsumsi nasional.
"Untuk memulihkan permintaan kelompok ini kuncinya adalah penanganan pandemi. Hal ini yang tidak dijalankan dengan baik oleh pemerintah," sebutnya.
(ind)