Cuan Bisnis BUMN Pertahanan Masih Kecil, Tertinggal Jauh dari Negara Lain

Senin, 17 Mei 2021 - 12:10 WIB
loading...
Cuan Bisnis BUMN Pertahanan Masih Kecil, Tertinggal Jauh dari Negara Lain
Dengan pendapatan yang dibukukan Rp 14,5 triliun per tahun, PT Len Industri (Persero) menilai angka tersebut masih kecil bila dibandingkan negara lain untuk income industri pertahanan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Direktur Utama LEN Industri, Bobby Rasyidin menyebut, income industri pertahanan negara lain rata-rata mencapai Rp800 triliun hingga Rp900 triliun per tahun. Sementara PT Len Industri (Persero) mencatat pendapatan bisnis alat utama sistem senjata ( alutsista ) dalam negeri baru Rp 14,5 triliun per tahun.

"Dengan pendapatan kita yang saya sebutkan tadi hanya Rp14,5 triliun. Kalau dibandingkan dengan nomor 1 mereka itu sudah sekitar Rp800 triliun - Rp900 triliun pendapatan mereka," ujar Bobby dalam sesi wawancara dengan salah satu TV Swasta, di kutub Senin, (17/5/2021).



Secara agregat, bisnis alutsista menjadi primadona bagi pelaku industri pertahanan dunia. Pada 2020 lalu, belanja pertahanan mencapai sekitar USD2 triliun atau rata-rata 2,4% dari Gross Domestic Product (GDP) dunia. Sementara, 62% dikuasai oleh 15 negara inti sebagai pusat pertahanan terbaik dunia.

"Belanja pertahanan, itu salah salah satu belanja atau pendapatan yang menjadi primadona di dunia ini. Kalau kita lihat tahun 2020, itu belanja pertahanan sekitar 2 triliun dolar AS atau sekitar rata-rata 2,4 persen GDP dunia," katanya.

Bobby menilai, salah satu strategi dan aksi korporasi untuk mendorong kemajuan industri pertahanan nasional di kancah global adalah dengan membentuk Holding BUMN Pertahanan. Dimana, integrasi ini terdiri dari PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Dahana (Persero) yang ditunjuk sebagai anggota holding. Sementara, Len Industri sebagai induk perusahaan.



Skema Holding BUMN Pertahanan masih dalam proses pematangan oleh para pemegang saham. Nilai industri pertahanan Indonesia sendiri mencapai Rp 37 triliun. Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury mencatat, nilai tersebut bukan angka yang kecil.

Kementerian BUMN menilai, sektor pertahanan dalam negeri perlu dioptimalkan. Karena itu BUMN industri pertahanan perlu menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah (PR), khususnya, merealisasikan visi dan roadmap Kementerian periode 2020-2024.

Bahkan, BUMN klaster Industri pertahanan pun ditargetkan menjadi industri pertahanan top 50 di dunia. Target itu bisa tercapai bila holding mampu bersinergi dengan Kementerian Pertahanan.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2277 seconds (0.1#10.140)