Memacu Sektor IKM Gula Palma Implementasikan Industri 4.0

Kamis, 25 Juni 2020 - 04:09 WIB
loading...
Memacu Sektor IKM Gula...
Kemenperin mendorong industri kecil menengah (IKM) untuk menerapkan penggunaan teknologi industri 4.0 guna memacu produktivitas dan daya saingnya. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri kecil menengah (IKM) untuk menerapkan penggunaan teknologi industri 4.0 guna memacu produktivitas dan daya saingnya. Hal ini sejalan program prioritas Making Indonesia 4.0, dengan sasaran utamanya adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.

“Kami sedang mendorong agar sektor IKM gula palma dapat mengimplementasikan industri 4.0. Hal ini dilaksanakan untuk dapat meningkatkan efisiensi proses produksi gula palma,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Gati Wibawaningsih di Jakarta.

( )

Gati mengemukakan, pihaknya melalui Direktorat IKM Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur berupaya menjadikan salah satu koperasi penghasil gula palma di Kabupaten Banyumas, yakni Koperasi Nira Satria sebagai contoh sektor IKM yang akan menerapkan teknologi industri 4.0. Upaya ini dilakukan secara bertahap mulai dari pembangunan sistem informasi, bantuan sarana pendukung, hingga pendampingan.

“Langkah ini dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing IKM gula palma Indonesia di pasar global, utamanya dalam efisiensi dan traceability. Melalui penerapan sistem informasi terpadu pada proses bisnis, baik itu dari internal (vertical integration) maupun eksternal (horizontal integration), diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kemudahan telusur,” paparnya.

Koperasi Nira Satria yang telah memaniskan pasar gula organik dunia dari kelapa-kelapa lokal olahan para penderes di berbagai desa di Kabupaten Banyumas ini telah dirintis sejak tahun 2008. “Koperasi ini mampu menyerap produk gula palma dari 1.074 penderes di Banyumas dan sudah mengharumkan nama Banyumas sebagai penghasil gula kristal organik berkualitas ke pasar Jerman, Eropa, Amerika dan China,” ungkap Gati.

( )

Adapun output dari implementasi industri 4.0 pada Koperasi Nira Satria, antara lain adalah traceability dari level pengepul ke koperasi serta dibuatnya beberapa aplikasi berbasis website pada proses bisnis gula palma seperti input data gula, sistem informasi, rekam data ekspor, dan prediksi bisnis ekspor.

Selain itu, adanya otomatisasi pada timbangan digital yang terintegrasi secara real time ke cloud databaseberbasis IoT, penggunaan aplikasi warehouse management system di level pengepul dan koperasi, adanya real timedata collector untuk mesin oven dan monitoring mesin oven berbasis IoT, serta optimalisasi konfigurasi data mesin oven berbasis machine learning.

“Implementasi industri 4.0 ini juga akan menghasilkan real time tracking distribusi gula palma dari pengepul ke koperasi dan control tower untuk beberapa koperasi gula palma. Dengan adanya implementasi industry 4.0 pada IKM gula palma seperti Nira Satria, dapat menjadi percontohan bagi pengembangan IKM makanan lainnya,” imbuh Gati.

Gula palma merupakan salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan oleh IKM dalam negeri. Indonesia merupakan negara pengekspor utama gula palma di dunia, diikuti Filipina dan Kamboja. Selain pasar ekspor, pasar dalam negeri juga dinilai sama-sama menjanjikan.

Lebih lanjut, gula palma yang berbahan dasar gula kelapa atau gula aren merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekspor tinggi dan terus meningkat, yakni pada 2017 ekspor gula palma mencapai 25 ribu ton dengan nilai USD42,6 juta dan pada 2018 ekspor gula palma meningkat menjadi 35 ribu ton dengan nilai USD52,5 juta

“Diharapkan upaya ini dapat meningkatkan efisiensi dan traceability dalam proses bisnis gula palma, dapat meningkatkan daya saing gula palma Indonesia di pasar global, yang berarti juga meningkatkan pendapatan devisa negara, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kemandirian masyarakat,” tutur Gati.

Menurutnya, pemanfataan teknologi industri 4.0 menjadi lompatan besar bagi sektor industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga diseluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

Dirjen IKMA berharap, sektor manufaktur nasional termasuk IKM semakin siap menuju perubahan dalam menghadapi transformasi industri 4.0 yang mengintegrasikan semua lini produksi secara digital. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi fokus untuk penerapan awal industri 4.0. IKM di sektor tersebut didorong untuk mengadopsi teknologi di sepanjang rantai nilai untuk meningkatkan hasil produksi dan pangsa pasar mereka.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1557 seconds (0.1#10.140)