Tupperware Bakal Tinggal Sejarah, Begini Kisahnya hingga di Ambang Kebangkrutan

Jum'at, 14 April 2023 - 00:19 WIB
loading...
A A A
"Saya pikir warisannya adalah cara di mana ia telah menyediakan lowongan pekerjaan bagi perempuan yang tidak selalu memiliki akses ke tenaga kerja yang fleksibel," katanya kepada BBC.

"Pada saat pertama kali dijual di pesta-pesta di AS, banyak wanita diisolasi di kota-kota pinggiran kota baru pascaperang jauh dari keluarga mereka," jelasnya.

"Tupperware party menyoroti pekerjaan rumah tangga yang membosankan, dan Anda hanya bisa membelinya jika Anda mengenal seseorang yang menjualnya, jadi itu eksklusif dan ada interaksi sosial, serta tentang hubungan dengan wanita lain," terang Alison Clarke.

"Saya mulai berpikir itu adalah konspirasi kapitalis eksploitatif terhadap wanita, dan kemudian saya bertemu dengan semua wanita yang memiliki kehidupan fantastis karena itu dan melihat bagaimana itu memberdayakan mereka."

Gagal Berubah

Sementara perusahaan selalu dipimpin oleh wanita di lapangan, hal itu belum tentu terjadi di ruang rapat - dan Prof Clarke mengatakan, telah berjuang untuk menceritakan kisah positifnya sendiri, atau mengikuti perkembangan zaman.

"Ini adalah produk yang dirancang dengan cemerlang untuk kemudian menjadi ajaib dengan cara penjualannya," tambahnya.

"Tetapi di dunia digital ini, model tatap muka itu tidak lagi relevan," jelasnya.

Hal itu adalah analisis yang dibagikan oleh Neil Saunders, direktur pelaksana ritel di konsultan GlobalData. Dia mengatakan, Tupperware telah "gagal berubah seiring waktu" dalam hal produk dan distribusinya.

Ia juga menyoroti bahwa metode penjualan langsung "tidak terhubung" dengan pelanggan muda atau tua. Konsumen yang lebih muda juga telah memilih produk yang lebih ramah lingkungan untuk menjaga makanan tetap segar, tambahnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1220 seconds (0.1#10.140)