Industri Hulu Migas Terus Ngegas Demi Ketahanan Energi
loading...
A
A
A
Yuzaini memaparkan, Petronas melihat banyak peluang di kawasan Indonesia Timur. Karenanya, perusahan migas asal negeri Jiran itu, mengantongi kontrak bagi hasil Wilayah Kerja (WK) Bobara di Papua Barat.
“Tahun ini kami memang fokus di Indonesia Timur. Komitmen kami, apa yang bisa kami kontribusikan untuk Indonesia,”urainya.
Selain melakukan kegiatan eksplorasi, Petronas juga gencar melakukan joint study dengan stakeholder lainnya. Saat ini, portofolio Petronas di Indonesia terdiri dari 30% minyak dan 70% gas. Yuzaini menegaskan, Petronas menggunakan teknologi baru untuk melakukan eksplorasi.
“Untuk meningkatkan produksi, kita perlu mengambil risiko. Kami berkomitmen untuk melakukan eksplorasi di frontier area. Kami ingin sejalan dengan pemerintah Indonesia,”tutup Yuzaini.
Selama dua dekade terakhir, industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak, dengan total kontribusi sebesar Rp5.045 triliun. Upaya para stakeholder hulu mihas untuk terus mencari dan mengembangkan cadangan migas baru berhasil mempertahankan Reserve Replacement Ratio (RRR) di atas 100% selama enam tahun berturut-turut.
Proyek-proyek besar seperti Lapangan Jangkrik, Lapangan Jambaran Tiung Biru, dan Tangguh Train 3 telah dituntaskan. Sejak tahun 2012, pasokan gas untuk kebutuhan domestik telah melebihi ekspor. Ini merupakan ikhtiar nyata sektor hulu migas memperkuat ketahanan energi nasional.
Memperkuat Kolaborasi dan Memperbaiki Regulasi
Indonesia masih memiliki cadangan migas yang besar. Namun, demikian sejumlah tantangan masih mengadang. Beberapa diantaranya yakni belum adanya kemudahan berusaha, masalah perizinan, hingga insentif yang kurang menggiurkan. “Peluang sektor hulu migas bertumbuh masih besar.
Data dari komite eksplorasi, cekungan di Indonesia potensinya masih banyak, baru 40% yang diusahakan,”papar Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro kepada SINDOnews Selasa (20/8/2024).
“Tahun ini kami memang fokus di Indonesia Timur. Komitmen kami, apa yang bisa kami kontribusikan untuk Indonesia,”urainya.
Selain melakukan kegiatan eksplorasi, Petronas juga gencar melakukan joint study dengan stakeholder lainnya. Saat ini, portofolio Petronas di Indonesia terdiri dari 30% minyak dan 70% gas. Yuzaini menegaskan, Petronas menggunakan teknologi baru untuk melakukan eksplorasi.
“Untuk meningkatkan produksi, kita perlu mengambil risiko. Kami berkomitmen untuk melakukan eksplorasi di frontier area. Kami ingin sejalan dengan pemerintah Indonesia,”tutup Yuzaini.
Selama dua dekade terakhir, industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak, dengan total kontribusi sebesar Rp5.045 triliun. Upaya para stakeholder hulu mihas untuk terus mencari dan mengembangkan cadangan migas baru berhasil mempertahankan Reserve Replacement Ratio (RRR) di atas 100% selama enam tahun berturut-turut.
Proyek-proyek besar seperti Lapangan Jangkrik, Lapangan Jambaran Tiung Biru, dan Tangguh Train 3 telah dituntaskan. Sejak tahun 2012, pasokan gas untuk kebutuhan domestik telah melebihi ekspor. Ini merupakan ikhtiar nyata sektor hulu migas memperkuat ketahanan energi nasional.
Memperkuat Kolaborasi dan Memperbaiki Regulasi
Indonesia masih memiliki cadangan migas yang besar. Namun, demikian sejumlah tantangan masih mengadang. Beberapa diantaranya yakni belum adanya kemudahan berusaha, masalah perizinan, hingga insentif yang kurang menggiurkan. “Peluang sektor hulu migas bertumbuh masih besar.
Data dari komite eksplorasi, cekungan di Indonesia potensinya masih banyak, baru 40% yang diusahakan,”papar Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro kepada SINDOnews Selasa (20/8/2024).