Bagian dari Transparansi, Sri Mulyani Ingin Eksis di Medsos
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengembangkan strategi komunikasi yang responsif, adaptif, dan kolaboratif dalam menjalankan tugas sebagai suatu institusi yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam memformulasikan kebijakan keuangan negara untuk menghadapi Covid-19 sekarang ini.
(Baca Juga: Ancaman Tidak Hanya Covid-19, Sri Mulyani: Tapi Juga Informasi Sesat )
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, akan berusaha menjelaskan sebuah kebijakan yang begitu kompleks dan komprehensif dengan cara yang semudah mungkin sehingga masyarakat dan para stakeholder memahaminya karena ini adalah bagian dari transparansi serta akuntabilitas. Salah satunya menggunakan media sosial (medsos).
“Sekarang kita menggunakan juga media sosial apakah Facebook, Instagram, Twitter dan semua channel digunakan. Titik berat dari setiap pesan dari kebijakan kita adalah untuk menjelaskan bagaimana negara hadir melalui keuangan negara. Dalam kondisi ini kita mengundang kreativitas dari seluruh jajaran Kementerian Keuangan," ujar Sri Mulyani dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (5/12/2020).
Kementerian Keuangan juga memperluas jangkauan komunikasinya hingga ke anak-anak SD melalui Kemenkeu Mengajar, anak-anak SMP melalui lomba vlog dan juga dengan anak-anak SMA melalui Olimpiade APBN, serta pada tingkat mahasiswa dengan penyelenggaraan debat mengenai keuangan negara.
“Semua ini adalah cara untuk berkomunikasi secara responsif, adaptif dan kolaboratif. Tujuannya adalah agar sebagai institusi publik kita menjaga dan mengelola kepercayaan masyarakat, karena itu adalah esensi dari pemerintahan terutama pengelolaan keuangan negara,” bebernya.
(Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Kelola Uang Negara Ibarat Iuran Kas Sekolah )
Kementerian Keuangan melakukan adaptasi tidak saja dari sisi prioritas kebijakan keuangan negara, namun juga terhadap kondisi Covid-19 dengan memaksimalkan penggunaan teknologi dalam cara bekerja. Hal ini sebutnya juga membutuhkan strategi komunikasi yang juga adaptif.
“Kita juga melakukan strategi kolaboratif, karena kita tahu bahwa tantangan ini tidak bisa dihadapi dan diselesaikan oleh hanya satu institusi atau satu pihak saja. Bahkan oleh pemerintah secara keseluruhan tidak mungkin melakukannya tanpa kolaborasi dari masyarakat, dunia usaha para akademisi. Inilah esensi dari kolaborasi karena tantangan ini adalah ancaman untuk kita semuanya,” tandasnya.
(Baca Juga: Ancaman Tidak Hanya Covid-19, Sri Mulyani: Tapi Juga Informasi Sesat )
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, akan berusaha menjelaskan sebuah kebijakan yang begitu kompleks dan komprehensif dengan cara yang semudah mungkin sehingga masyarakat dan para stakeholder memahaminya karena ini adalah bagian dari transparansi serta akuntabilitas. Salah satunya menggunakan media sosial (medsos).
“Sekarang kita menggunakan juga media sosial apakah Facebook, Instagram, Twitter dan semua channel digunakan. Titik berat dari setiap pesan dari kebijakan kita adalah untuk menjelaskan bagaimana negara hadir melalui keuangan negara. Dalam kondisi ini kita mengundang kreativitas dari seluruh jajaran Kementerian Keuangan," ujar Sri Mulyani dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (5/12/2020).
Kementerian Keuangan juga memperluas jangkauan komunikasinya hingga ke anak-anak SD melalui Kemenkeu Mengajar, anak-anak SMP melalui lomba vlog dan juga dengan anak-anak SMA melalui Olimpiade APBN, serta pada tingkat mahasiswa dengan penyelenggaraan debat mengenai keuangan negara.
“Semua ini adalah cara untuk berkomunikasi secara responsif, adaptif dan kolaboratif. Tujuannya adalah agar sebagai institusi publik kita menjaga dan mengelola kepercayaan masyarakat, karena itu adalah esensi dari pemerintahan terutama pengelolaan keuangan negara,” bebernya.
(Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Kelola Uang Negara Ibarat Iuran Kas Sekolah )
Kementerian Keuangan melakukan adaptasi tidak saja dari sisi prioritas kebijakan keuangan negara, namun juga terhadap kondisi Covid-19 dengan memaksimalkan penggunaan teknologi dalam cara bekerja. Hal ini sebutnya juga membutuhkan strategi komunikasi yang juga adaptif.
“Kita juga melakukan strategi kolaboratif, karena kita tahu bahwa tantangan ini tidak bisa dihadapi dan diselesaikan oleh hanya satu institusi atau satu pihak saja. Bahkan oleh pemerintah secara keseluruhan tidak mungkin melakukannya tanpa kolaborasi dari masyarakat, dunia usaha para akademisi. Inilah esensi dari kolaborasi karena tantangan ini adalah ancaman untuk kita semuanya,” tandasnya.
(akr)