10 Pengusaha Wanita Paling Berpengaruh di Asia 2022, Ada 2 Wakil Indonesia
loading...
A
A
A
Dia adalah wanita pertama yang menjalankan pembuat kembang api di Jepang. Souke Hanabi Kagiya menempati peringkat di antara perusahaan bergengsi di Jepang dalam salah satu perdagangan paling tradisional di negara ini.
Menelusuri akar Souke Hanabi Kagiya, membawa kita kembali ke tahun 1659, dimana mereka terlibat dalam pertunjukan kembang api tahunan di atas sungai Sumida Tokyo, salah satu pertunjukan kembang api paling terkenal secara budaya di Jepang, sejak tahun 1733.
Amano adalah generasi ke-15 dari keluarganya yang menjadi direktur ketika dia menggantikan ayahnya di perusahaan yang berbasis di Tokyo pada tahun 2000. Untuk mempersiapkan diri mengambi; peran yang dia ambil pada usia 29, dia dilaporkan bersikeras untuk mempelajari keahlian di pembuat kembang api lain sehingga dia tidak akan menerima perlakuan istimewa dengan bekerja di perusahaan keluarganya.
Untuk mengasah keahliannya, ia memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 2009 dalam seni dari Universitas Nihon, di mana ia mempelajari dampak emosional pertunjukan kembang api pada orang-orang. Ini adalah kombinasi dari aspek visual dan aural, katanya dalam panggilan video, dan pakar piroteknik dapat mengubah kesan penonton dengan menyesuaikan keduanya.
Dia juga mantan anggota tim judo nasional Jepang, dan wanita Jepang pertama yang menjadi wasit judo Olimpiade di pertandingan Beijing 2008. Amano kembali menjadi wasit pada pertandingan 2020 Tokyo yang tertunda pandemi di 2021.
Pada tahun 2019, ia mencapai peringkat ketujuh dan sabuk hitam, salah satu tingkat penguasaan judo tertinggi dan keluarganya juga mengoperasikan sekolah judo, di mana ia dan ayahnya menjabat sebagai direktur.
Amano berharap putrinya, yang sekarang masuk universitas, akan menjadi penerus sebagai kepala bisnis generasi ke-16. Meski begitu Amano mengatakan keputusan itu terserah padanya.
Ia menekankan, semua orang di perusahaannya harus ingat bahwa kembang api bukan hanya hiburan. "Kembang api adalah simbol perdamaian," katanya.
"Apakah 20 atau 30 tahun kemudian, saya tidak ingin orang-orang kita melupakan itu," paparnya.